Happy Reading 💓💅
__________
Lorong demi lorong sudah Ana lewati untuk menuju ruang guru yang berada sedikit jauh dari kelas X IPA 2.
Suasana lorong sudah lumayan sepi hanya ada satu atau dua siswa yang berlalu lalang. Mungkin karena sekarang sudah waktunya mulai pelajaran jadi, tidak seramai tadi saat selesai upacara.
Yap! kini Ana sudah sampai di depan ruang guru. Seperti biasanya, ia terlebih dahulu menarik napas untuk menetralkan perasaannya.
Perlahan-lahan knop pintu itu Ana buka, lalu langsung menampakkan beberapa guru yang sedang sibuk dengan tugas nya. Mata Ana mencari-cari keberadaan guru matematika yang ternyata berada di dekat pintu jadi, Ana tak perlu jauh-jauh untuk menghampiri nya.
Kebetulan sekali guru matematika itu juga melihat ke arah Ana. Ia pun langsung melambaikan tangan
"Maaf bu, kenapa ya panggil saya?" tanya Ana hati-hati.
"Ini tolong kamu bawain buku-buku ini ke kelas, ibu belum bisa ke kelas sekarang soalnya masih ada tugas di sini." jawab guru itu.
Benar saja bahwa guru itu masih banyak tugas. Buktinya banyak berkas-berkas yang terletak di samping laptop yang mungkin sedang merekap nilai-nilai para murid.
Ana yang baik hati dan tidak sombong pun akhirnya menuruti permintaan guru matematika itu yang sebenarnya ini adalah tugas Gito si ketua kelas.
"Gak berat kok, cuma beberapa buku tugas doang." sambung guru matematika itu seraya menyerah kan buku-buku itu ke Ana. Tidak berat.. tidak.. hanya saja Ana harus membawa buku milik satu kelas. Bayangkan saja seberat apa itu. "Sekalian sama lembaran PH, ya."
"Ah.. iya bu." jawab Ana seraya senyum getir, ia sudah keberatan dengan buku-buku itu dan kini harus di tambah lagi. Ingin rasanya Ana menolak untuk membawanya sekaligus tapi ia tak ada nyali untuk membantahnya.
"Terima kasih ya, Nak. Kamu sudah mau bantu ibu." ucap guru itu berterima kasih karena setiap di minta tolong pasti Ana selalu menerimanya tampah pamrih. Itu lah anak teladan dan kebanggaan para guru."Yasudah kalo gitu kamu boleh ke kelas."
"Baik, bu." balas Ana, lalu berjalan ke arah luar dengan sangat pelan-pelan karena tak kuat dengan beban yang ada di tangan nya.
Tak apa.. karena sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Sama seperti Ana, walaupun pelan-pelan pasti akan sampai dengan selamat di kelas.
Namun.. baru beberapa langkah keluar dari raung guru. Ana sudah oleng karena tak bisa menyeimbangkan beban yang ada di tangan nya.
"Eh-eh jangan jatoh dong." ucap Ana sambil mencoba membenarkan buku-buku itu agar tak ke samping.
Tapi, sepertinya cara itu tak bisa. Buku-buku itu tetap saja ke samping hingga akhirnya..
"Etttt, hati-hati dong." ucap Haris yang tiba-tiba menahan buku-buku itu yang ingin jatuh. Untung saja Haris tepat datang nya, jika tidak pasti buku-buku itu sudah kotor terjatuh ke lantai."Sini gue bantuin bawa." Haris merampas semua buku itu ke tangannya.
"Gak usah, gue bisa sendiri." tolak Ana yang kembali menarik buku-buku itu.
Haris yang tak ingin melepaskan nya, terus menahan buku itu agar tak berpindah tangan lagi. Namun, Ana tetep kekeh tidak ingin dibantu oleh Haris. Hingga terjadi aksi tarik menarik antara Ana dan Haris.
Tak ada yang mau mengalah dalam permasalahan ini. Ana yang tetap kekeh tak ingin di bantu dan Haris yang kekeh ingin membantu. Permasalahan yang sulit bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA🙇) Jangan jadi silent readers! "Apa aku seburuk itu sampai-sampai Ayah gak mau menganggap aku sebagai anak?" tanya Ana memberanikan diri. "Ya! kamu bahkan lebih buruk dari seekor monyet!" Ana semakin menangis mendengar bahwa...