Happy Reading 💓💅
___________
Sumpah sikap Ana yang tiba-tiba seperti ini membuat ketiga sahabatnya menjadi bingung. Mereka terus menerka-nereka apakah mereka ada buat salah pada Ana? namun jika di pikir-pikir lagi mereka tak melakukan sesuatu yang dapat menyinggung Ana.Kemarin juga mereka semua tampak baik-baik saja. Mereka tertawa ria, ya walaupun Ana sempat pingsan akibat kena bola basket. Tapi, Ana tuh bukan tipe orang yang pendendam. Ia tak mau memperpanjang masalah seperti itu.
"Ana kenapa sih ya? dari tadi dia diem mulu gak kaya biasanya yang sering senyum ke kita." ujar Adel melas.
Mawar mengangguk dengan ucapan Adel barusan. Ia setuju bahwa Ana tidak seperti biasanya."Gue rasa nih ye si Ana lagi ada masalah kayanya deh." ucap Mawar.
"Tapi kan walaupun dia ada masalah, dia tetep senyum ramah ke orang-orang. Terus tetep asik sama kita."
"Nah lo bener, Del. Dia kan orang yang kuat."
Percakapan antara Adel dan Mawar membuat Nataline heran sendiri karena sikap dua sahabatnya ini yang belum terlalu mengerti tentang mental seseorang.
"Orang kuat bukan berarti harus terus terlihat tegar. Mereka ber hak buat nunjukin sisi lemahnya mereka." ujar Nataline yang tak suka dengan penilaian Adel dan Mawar.
"Tapi--"
"Sekarang Ana lagi di titik terendah nya, harusnya kita dengerin keluh kesah dia bukannya nyuruh dia terus terlihat tegar. Kita gak boleh egois."
Memang kala orang-orang yang tegar terkadang selalu di anggap sebagai orang yang mampu menghadapi masalah tanpa nyerah. Padahal nyatanya orang-orang kuat sering menangis di dalam hari untuk melepas beban yang selama ini yang ia pikul.
Dan juga topeng yang harus ia lepas saat di malam hari. Topeng yang menutupi wajah sedihnya dengan wajah ceria agar orang-orang tak bisa menganggap mereka sebagai orang yang lemah atau cengeng.
Padahal nyatanya sikap lemah dan cengeng adalah suata yang wajar jika di alamai oleh manusia. Karena itu sikap umum yang di miliki oleh manusia. Namun, masih saja ada orang-orang yang mengucapkan kata-kata sampah.
"Yailah apaan sih gitu doang aja pake nangis, alay banget."
"Lemah banget najis, masalah kecil doang."
"Buat apa coba kaya gitu? biar di kasihanin gitu sama orang?"
"Kalo gue jadi dia sih gak bakal nangis, kaya anak SD aja."
Ya... masih banyak lagi ucapan orang-orang yang tidak tahu sama sekali masalah yang sedang dihadapi. Dan mereka gak bakal tahu jika mereka belum merasakan perasaan orang yang sedang memiliki masalah besar.
Mereka gak sadar kalo perkataan mereka bisa membuat mental seseorang down bahkan tambah parah.
"Lo bener, Nat. Gue emang egois ke Ana, bahkan sampe saat ini gue belum tau masalah yang selama ini Ana hadapai." ujar Adel merasa bersalah, raut wajah nya berubah drastis.
Begitu pun dengan Mawar yang sama merasa bersalah. Selama ini ia hanya menikmati sikap ramah Ana tanpa tahu bahwa semua itu hanya pura-pura saja.
"Yaudah mending sekarang kita ke kelas, kasihan Ana sendirian."
Yupp, akhirnya mereka bergegas menuju kelas agar cepat-cepat sampai ditujuan. Ya.. semoga aja gak ada kendala nanti.
Saat mereka melewati lapangan yang ternyata sedang ada Farel dkk duduk di tepi lapangan yang sedang terlihat kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA🙇) Jangan jadi silent readers! "Apa aku seburuk itu sampai-sampai Ayah gak mau menganggap aku sebagai anak?" tanya Ana memberanikan diri. "Ya! kamu bahkan lebih buruk dari seekor monyet!" Ana semakin menangis mendengar bahwa...