Happy Reading 💓💅
__________
Keadaan kelas pagi-pagi ini sudah heboh dengan bacotan Adel yang menggema di ruangan. Semua yang
ia bicarakan terdengar jelas oleh murid-murid lain yang sedang ada
di dalam kelas."Demi apa sih, Ana sama Kak Farel tunangan?! Sumpah, ya gue masih enggak percaya." cerocos Adel.
Murid-murid yang tadi nya tidak tahu tentang soal ini, kini menjadi tahu sebab suara Adel yang cempreng kaya kaleng rombeng. Adel bisik-bisik dengan Nataline dan Mawar, tapi sudah seperti orang yang sedang kebakaran jenggot.
Eh, tapi Adel kan enggak punya jenggot.
"Udah lah, entar kita tanya langsung sama dia nya. Enggak usah bacot gitu, nanti malah kesebar."
"Tapi.. Kaya nya emang udah ke sebar dah, Nat. Lo dengar aja tadi gimana Adel ngomong nya. Kenceng banget, bro."
"Sahabat siapa sih? Bawa pulang gih. Ngapain di sini dia?" ucap Nataline mencoba untuk mengusir Adel, namun hanya bercanda.
Mawar ikut-ikutan untuk mengusir Adel. Ia pun tak menganggap Adel sebagai sahabatnya. "Dih, bukan sahabat gue. Mana ada sahabat gue kaya dia."
"Oh.. Gitu ye. Kalian enggak nganggep gue nih? Oke lah, gue ngambek." Adel menyilangkan tangan nya, lalu melihat ke arah lain. Enggan untuk melihat ke arah Nataline dan Mawar.
Tak ada yang peduli dengan aksi Adel yang satu ini. Mereka berdua malah asik dengan handpone nya masing-masing tampah memikirkan Adel yang enggak jelas. Karena, pada dasarnya hal ini sudah biasa dalam sebuah persahabatan.
"Lo kenapa, Del? Lagi ngambek?" tanya Ana yang tiba-tiba muncul di sebelah Nataline.
Adel yang sedang melihat ke arah lain, seketika melihat ke arah Ana dengan muka yang berseri-seri. Ia sudah menunggu Ana dari tadi, buktinya ia rela dateng pagi-pagi agar cepat ketemu dengan Ana. Tapi, nyata nya Ana datang siang.
"Ana! Wah gila lo, kok lama banget sih dateng nya?! Lo enggak tau apa kalo gue tuh nungguin lo dari tadi." ujar Adel sebal.
"Santai aja kali, Del. Yang penting kan gue udah sampe nih."
"Biasalah, namanya juga Adel. Pasti lebay!" sentak Nataline.
Ana tertawa seraya menaruh tas nya di atas meja untuk mengeluarkan buku-buku cetak yang tebal nya enggak kira-kira. "Emang nya kenapa sih, Del? Kenapa lo nungguin gue?"
"Itu.. Eh tapi entar dulu. Kok ujung bibir lo luka, Na? Lo abis di tampar sama orang?" tanya Mawar.
Ana buru-buru menutupi luka nya yang masih basah. Wajar saja masih basah karena kejadian nya tadi malam. Belum lama ini, dan juga belum sehari. "Ah.. Enggak papa. Ini gue cuma kebentur pintu aja tadi malem."
"Masa sih? Kok kebentur pintu malah bibir lo yang luka, bukan nya kalo kebentur pintu tuh jidat nya yang luka?"
"Nah, iya! Lo boong ya, Na? Hayo ngaku itu kenapa?"
"Eh iya, tadi kenapa lo nungguin gue, Del?" elak Ana agar sahabat-sahabat nya tidak terus menerus menanyakan tentang luka nya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything
Novela Juvenil(FOLLOW DULU BARU BACA🙇) Jangan jadi silent readers! "Apa aku seburuk itu sampai-sampai Ayah gak mau menganggap aku sebagai anak?" tanya Ana memberanikan diri. "Ya! kamu bahkan lebih buruk dari seekor monyet!" Ana semakin menangis mendengar bahwa...