Part 42

46 9 21
                                    

Happy Reading 💓💅

____________


Setengah harinya kini sudah Ana lalui dengan amat sangat lelah. Ia harus melewati berbagai rintangan saat di sekolah.

Dan sekarang ia sudah berada di rumahnya dengan penampilan baju santai.

Kepalanya masih sedikit pusing. Hanya saja ia tak mau terlalu merasakan nya. Jadi, ia hanya bertindak seolah-olah tidak ada rasa sakit sama sekali.

"Gue kompres pake es batu aja kali, ya? siapa tau mendingan." gumam Ana.

Ia pun beranjak dari kasurnya menuju dapur. Ia harus melewati beberapa anak tangga yang menyebalkan, namun bermanfaat untuk membakar kalori.

Saat Ana sudah sampai di lantai dasar, ia melihat Ayah dan Tante nya sedang bertengkar.

"Kakak udah aku kasih kesempatan buat baik ke Ana, tapi apa? malah Kakak sia-sia in." ucap Linda.

"Buat apa saya harus baik ke dia? gak ada guna nya! lebih baik saya siksa anak itu." balas Gibran yang sudah sadar bahwa Ana melihat pertengkaran ini.

Linda menatap ke arah Gibran dengan ekspresi marah, amat sangat marah."Kakak sentuh dia sekali aja, aku yang bakal buat Kakak nyesel."

"Haha saya tidak takut. Saya bisa saja bunuh dia seperti dia udah bunuh istri saya." ujar Gibran tersenyum smrik. "Anak itu tidak pantas hidup layak!!"

"Kak Gibran!!!" teriak Linda lantang.

"Kenapa?! kenapa? kamu gak suka? saya gak peduli. Lebih baik sekarang kamu balik ke Amerika."

"Oke, fine. Aku bakal balik ke Amerika, tapi... Ana ikut sama aku."

Seketika Gibran melotot sangking syok nya. Ia tak mau jika Linda harus membawa Ana ke Amerika.

Linda memang pandai mengancam dirinya. Namun, ia tak terlihat peduli pada Ana.

"GAK! JANGAN KAMU SENTUH DIA! NANTI KAMU BISA DI BUNUH SAMA DIA!!!" tegas Gibran."Biar saya yang bunuh dia pake tangan saya sendiri."

Ana yang dari tadi berdiri di dekat tangga menyaksikan pertengkaran itu hanya bisa terdiam dengan perasaan yang sudah di sayat-sayat dengan ucapan Gibran dari tadi.

"Harus aku bilang berapa kali lagi sih, Kak?! bukan Ana yang bunuh Kak Winata. Ini semua kecelakaan." balas Linda yang sudah hampir menangis. Ia tak habis pikir dengan Kakak nya ini yang terus-terusan menyalahkan Ana.

"Aku udah gak sanggup lagi sama sikap Kakak yang egois dan temperamental. Aku akan bawa Ana ke Amerika." Linda pun berjalan menuju tangga, namun seketika ia syok saat melihat Ana sedang berdiri di dekat tangga.

"Ana... kamu sejak kapan di situ?" tanya Linda.

Namun, Ana hanya terdiam tanpa ekspresi. Ia menatap ke arah Linda, lalu menatap Ayah nya.

Linda pun menghampiri Ana."Kamu beres-beres ya, ikut Tante ke Amerika sekarang." ucap Linda seraya mengelus puncak kepala Ana.

Tanpa di duga, Ana langsung menghempas tangan Linda dengan kasar. Hal itu membuat Linda terkejut.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Linda."Ayo kita ke kamar kamu, Tante bantu beres-beres barang kamu."

"STOP TAN STOP!!" teriak Ana lantang dengan mata yang sudah di penuhi genangan air."Aku gak mau ke Amerika, aku mau di sini aja."

"Tapi--"

"Cuma di rumah ini yang masih nyimpen kenangan aku sama Mamah." ujar Ana sambil menangis."Aku gak akan keluar dari rumah ini, aku bakal tetep di sini. Tante gak usah maksa aku."

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang