Happy Reading 💓💅
___________
"Hai Ana!" sapa Befano saat berpas-pasan dengan Ana yang berlawanan arah dengannya dan juga Alex.
Namun Ana yang disapa hanya memandang lurus dengan handset yang terus melekat di telinganya dan satu buku novel yang selalu ia bawa dengan bermacam-macam cerita.
Sebenarny Ana sudah tahu tahu dari jauh bahwa Befano dan Alex sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Namun ia pun merasa tak peduli.
Pandangan nya hanya tertuju pada satu arah, ia sangat enggan untuk melihat ke kanan atau pun kiri, apalagi melihat ke arah Befano dan Alex yang sedang tersenyum sambil menyapa dirinya.
"Gak ada bosen-bosen nya apa mereka?!" ucap Ana dalam hati yang merasa kesal.
Ana pun semakin mempercepat langkahnya agar tidak berlama-lama berada di fase yang membuat nya enek dan pengap.
Befano dan Alex yang merasa di abaikan lagi oleh Ana hanya bisa memanyunkan bibir dengan sikap Ana yanh sangat berubah drastis sejak kejadian beberapa bulan lalu.
Menurut mimin sih hal yang Ana lakukan wajar saja, tapi dengan alasan hanya sementara. Jangan sampe selamanya yang mengakibatkan orang-orang disekitar nya menjadi pergi karna tak kuat dengan sikapnya.
"ANA!!!" panggil Mawar dari arah kelas X IPA 2 yang sedang berlarian bersama Nataline dan Adel.
Sepertinya mereka sedang mengejar Ana yang terus menghindari mereka tanpa alasan yang tidak masuk akal.
Tapi Ana yang terus melangkah dan enggan berhenti membuat mereka semakin mempercepat lajunya.Dan akhirnya..... Greepp
Tangan Ana berhasil digengam oleh Mawar yang alhasil membuat langkah Ana terhenti saat itu juga. Ia pun langsung memutar badanya sembilan puluh derajat.
"Kenapa?" tanya Ana to the point.
"Kenapa?" ucap Mawar mengulang perkataan Ana sambil tertawa kecil."Lo nanya kenapa?"
Ana mengangguk tanpa basa-basi, kemudian Mawar pun langsung merasa kesal saat mendapatkan respon dari Ana."Harusnya kita yang nanya sama lo, lo tuh kenapa sih? kenapa lo berbuah kaya gini? kita punya salah apa sama lo, sampe-sampe lo menghindar kaya gini." ucap Mawar.
Ana hanya mengangkat bahu nya acuh tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia pun langsung kembali berjalan.
"Plis Na... jelasin sama kita. Jangan kaya gini, lo bikin kita semakin merasa bersalah."
Dengan sikap Ana yang seperti ini membuat orang-orang di sekitarnya merasa bersalah atas semua kejadian ini.
Langkah Ana seketika kembali terhenti, namun tanpa pergerakan apa pun. Ia hanya diam di tempat seperti patung.
"Gue tau lo masih gak bisa nerima atas semua kejadian beberapa bulan lalu, tapi kita mohon lo jangan gini."
"Kita gak mau lo nanggung semuanya sendirian, jangan lo pendem sendirian. Lo harus cerita ke kita, karna lo sama kita udah kaya saudara."
Ana tertawa kecil sambil menundukkan kepalanya, lalu membalikan hadapannya menghadap ke arah mereka yang sedang menatap dengan tatapan yang sendu.
Untung saja koridor saat ini sedang sepi sebab ini koridor yang berada di ujung, jarang sekali orang yang melewatinya namun masih ada beberapa murid yang lewat karena tak mau koridor dengan keadaan ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA🙇) Jangan jadi silent readers! "Apa aku seburuk itu sampai-sampai Ayah gak mau menganggap aku sebagai anak?" tanya Ana memberanikan diri. "Ya! kamu bahkan lebih buruk dari seekor monyet!" Ana semakin menangis mendengar bahwa...