Hari demi hari berlalu namun bayangan wajah itu tak lekas pergi dari pandangannya.
Sejak malam di mana ia menyelamatkan manusia malang itu, sejak itu juga Minho kerap terlihat melamun sendirian di depan kamarnya. Alasannya memang akan selalu sama jika ditanya kenapa; ia akan menjawab bosan dan ingin pergi bermain dengan teman kecilnya lagi. Si ikan badut dan juga kuda laut kecil; Jisung serta Jeongin.
Tapi kenyataannya tidak benar sepenuhnya. Wajah pemuda dalam badai itu terus mengganggunya. Membayang-bayanginya dengan seberapa sempurna dari rupanya.
Wajah tampan, alis gelap, rahang yang tegas, segaris bibir tipis yang manis. Meskipun keadaannya gelap saat itu namun Minho masih bisa melihat dengan jelas seperti apa rupa si pemuda dalam badai tersebut.
Dan darahnya selalu berdesir dengan laju seirama bersama degup jantung yang kian tak menentu. Sebenarnya ada apa? Kenapa Minho jadi terus melamunkan sosoknya?
"Kau terus melamun akhir-akhir ini, ada apa?" Changbin membuyarkan lamunan Chan yang sedang duduk di ujung lidah dermaga. Membuat sahabat yang sudah dikenalnya sejak masih anak kecil itu seketika menoleh singkat dan menghela napas berat.
"Enggak," jawabnya singkat.
"Kau masih memikirkan soal siapa yang membawamu pulang dari dalam badai itu?" teliti lawan bicaranya yang kini dengan seenak hati melempar kail pancingan sambil duduk di sebelahnya.
Benar. Jika dipikirkan lagi, bagaimana bisa Chan kembali ke dermaga saat dirinya hilang ditelan badai di tengah-tengah lautan. Membuat orang-orang jelas bingung saat menemukannya yang berbaring dengan keadaan tak sadarkam diri saat itu. Rasanya amat tidak mungkin jika ia berenang menembus gelombang hanya untuk kembali ke daratan, bukan?
"Aku ingin meyakini tapi juga takut buat berharap," katanya risau.
Changbin menghela napas lelah sebelum menyahuti kalimatnya, "Kau ini plin-plan sekali. Kan aku udah bilang kalo mereka beneran ada."
"Tapi waktu awal aku cerita, kamu malah gak percaya," balas Chan.
"Karena kamu juga awalnya gak pernah mau percaya ucapanku," sahut Changbin sengit. Dan Chan hanya mendecih mendengarnya.
"Kau akan melaut lagi malam ini?" tanya si teman kemudian setelah terdiam beberapa saat.
"Ya.. kasihan Ayah kalo aku tak ikut," angguk lawan bicaranya seketika.
"Hei, dengar-dengar pertengahan bulan ini ikan tuna sudah banyak yang mulai menampakan dirinya ke permukaan. Cobalah untuk menebar jaring yang lebih kuat atau tambahkan kail di ujungnya. Siapa tahu kau akan mendapatkan salah satu dari mereka," urai Changbin menuturkan berita tentang perikanan di laut tempat mereka mengadukan nasib.
"Sungguh?"
"Ya! Tuan Liem kemarin mendapatkan tuna sirip kuning. Dan itu sangat besar. Dia bilang ada banyak yang mulai naik ke permukaan," tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Water ✓ [Banginho ft. Juyeon]
FanfictionJujur saja, Chan tak percaya dengan yang namanya mitologi. Cerita tentang para peri, kurcaci, naga, unicorn, pegasus atau mahkluk lainnya itu hanya ada dalam dongeng belaka. Mereka tidaklah nyata; pikirnya. Tapi semuanya berubah setelah badai itu me...