"Kamu.. datang?"
Meskipun dalam kegelapan, Chan bisa melihat jika sosok di dalam air itu tengah tersenyum untuknya. Lalu setelah beberapa saat kemudian, kepala dengan tiara indah melingkar tersebut menyembul keluar dari dalam air, menunjukan rupa manis dari sosoknya yang kini berhadapan dengan Chan, nyaris bersentuhan karena kurangnya jarak di antara mereka.
"Maaf," ucap Minho pelan. "Aku gak bisa menemuimu lagi," tambahnya. Namun sukses membuat senyuman luas yang semula terpatri di wajah tampan Chan meluntur.
"Kenapa?" tanyanya sendu.
"Jika kamu masih mau bertemu denganku di sini, aku tak mau datang lagi. Tempat ini terlalu ramai," jawabnya. Dan sedetik kemudian disambut kooran ria dari si nelayan.
"Ooooohhh..." panjang sekali.
Pantas saja dia bilang minta maaf. Ternyata itu alasannya?! Gumam Chan dalam hatinya.
Keduanya terdiam sesaat, tapi kemudian Chan menoleh ke arah lain, lebih tepatnya ke arah batu karang yang tak jauh dari tempat mereka kini.
"Jika aku mengajakmu bertemu di balik karang itu.. apa kamu mau?" tanyanya.
Minho menoleh ke arah yang ditunjuk Chan. Dalam hati ia terkekeh pelan; di sana tempatnya biasa mengintip Chan diam-diam. Andai saja lelaki itu tahu.
"Boleh," angguknya kemudian, dan Chan tersenyum sumringah. Setelahnya si duyung kembali masuk ke dalam air untuk berenang ke tempat yang mereka bicarakan tadi. Begitu juga dengan nelayan muda yang kini tengah berlari di bibir pantai sambil melambaikan tangan ke arah kedua temannya yang masih duduk di puncak mercusuar.
"Dia kenapa?" Changbin mengernyit bingung tatkala melihat tingkah temannya yang berlarian sambil berjingkrak-jingkrak tak ayalnya orang gila habis kena setrum. Sama halnya dengan Felix yang duduk di sebelahnya kini. "Kayak lagi shooting uka-uka aja pake acara ngelambai tangan segala. Emangnya kita kamera?!" tambah yang lebih tua.
Felix terkikik geli, tapi kemudian dia menjawab, "Mungkin Kak Chan abis kena radiasi kosmik dari planet Mars," katanya sambil menunjuk ke arah bintang merah di sisi purnama.
"Bikin dia serasa jadi Ironman, ya?" komentar Changbin. Dan keduanya tergelak bersamaan.
Chan membuka sandal yang ia kenakan dan melemparkan ke arah sembarangan sebelum masuk ke dalam air yang tingginya hanya selutut. Suara kecipak dari gerakan kakinya terdengar bersaut-sautan dengan gemuruh debur ombak yang menghantam karang.
"Aku senang sekali," ucapnya. Entah pada Minho atau ia memang sedang bermonolog ria saat ini.
Si duyung yang sudah lebih dulu sampai itu hanya tersenyum, ia bersandar di balik batu sementara ekor dan pinggulnya terlihat masih di dalam air. Berbeda dengan Chan yang kini ada di sebelahnya namun duduk di atas batu karang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Water ✓ [Banginho ft. Juyeon]
FanfictionJujur saja, Chan tak percaya dengan yang namanya mitologi. Cerita tentang para peri, kurcaci, naga, unicorn, pegasus atau mahkluk lainnya itu hanya ada dalam dongeng belaka. Mereka tidaklah nyata; pikirnya. Tapi semuanya berubah setelah badai itu me...