Kalimat Chan sungguh manis didengar telinga Minho. Tak bisa ditampik olehnya, pria itu pandai merangkai kata-kata indah nan menyenangkan. Tapi entah kenapa justru membuatnya menjadi sedikit takut, pun lagi-lagi pikiran buruknya terus berkelidan dalam kepala; bagaimana jika itu hanya tipuan belaka?
Tapi dibanding itu, Minho berusaha untuk tetap berpikir positif dan yakin jika Chan bukanlah sosok manusia yang patut ditakuti olehnya. Jadi saat mendengar rangkaian kalimat manis tadi, ia hanya mampu mematri senyuman tipis dan seraya menjawab dengan kalimat terima kasih.
Hening sesaat, duyung itu sibuk memandang benda yang melingkar kecil di salah satu jarinya. Sampai sebuah cahaya terlihat melintas melewati batu karang tempat keduanya kini berada. Ia pun segera menoleh ke arah asal muasal cahaya silau tadi lewat, ke mercusuar jelasnya.
Melihat si duyung yang kini terlihat bingung dengan manik-manik menatap ke arah menara, Chan lantas mengangkat tangannya tinggi ke udara dan melambai beberapa saat.
"Itu.." Minho menatap mercusuar di mana seseorang terlihat membalas lambaian tangan Chan tadi dan menatap ke arah mereka.
"Felix, dia yang selalu membantuku mengawasi sekitar dermaga dan pelabuhan jika aku mau menemuimu," jawab Chan.
"Tidak.. bukan orangnya, tapi sinar besarnya," si duyung menunjuk pada semburat cahaya lampu mercusuar yang kini terlihat sesekali berputar ke arah lain.
"Oh, maksud kamu lampunya?" Chan menoleh pada sosok manis tersebut. Dan pertanyaannya segera diangguki oleh yang muda.
"Untuk apa dia bergerak begitu?" baru kali ini Chan menemukan Minho yang sepertinya amat penasaran dengan suatu hal di dunia manusia.
"Menyinari lautan, agar kapal besar yang lewat tak sampai menabrak karang ataupun perahu nelayan," cakap pemuda berkulit pucat itu.
"Oohh.." si manis berkoor ria pelan dengan sesekali menganggukkan kepalanya. "Jadi jika sinarnya mati, kapalnya akan karam ya?" celotehnya kemudian.
Chan terkekeh pelan, ia baru tahu jika Minho akan menjadi sebawel ini jika sudah penasaran. Dan sungguh, ini sangatlah menggemaskan, terlebih saat memandang wajahnya yang terus menengadah ke langit dengan manik-manik berbinar.
"Wahh.. sinarnya sangat terang," puji Minho pelan.
Ya, Tuhan, dia cantik sekali!
Chan nyaris menganga saat melihat Minho di depannya saat ini. Tapi beruntung ia segera sadar akan dirinya sendiri dan menjawab, "Ya.. begitulah kira-kira," katanya.
"Apa aku bisa melihat laut dari sana?" tanyanya lagi.
"Kamu takan hanya bisa menemukan lautan saja jika berada di puncaknya, tapi juga seluruh pulau Biru ini," jelas Chan.
"Wow.. pasti indah sekali ya?" kata si duyung lagi.
Yang ditanyanya mengulum senyuman sesaat sebelum menyahuti, "Mau naik ke sana?" ajaknya tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Water ✓ [Banginho ft. Juyeon]
FanficJujur saja, Chan tak percaya dengan yang namanya mitologi. Cerita tentang para peri, kurcaci, naga, unicorn, pegasus atau mahkluk lainnya itu hanya ada dalam dongeng belaka. Mereka tidaklah nyata; pikirnya. Tapi semuanya berubah setelah badai itu me...