[29] Escape

1.1K 261 35
                                    

"Jisung!.. psstt!!.. Jisung!" Minho berusaha memanggil si ikan badut yang sejak tadi terlihat asyik menggesek-gesekan ekor serta siripnya ke batang anemon, yang nampak bergoyang dengan gemulai dihempas gelombang arus. Mungkin ka sedang mandi sebelum beranjak tidur nanti. Dan sepertinya Ia tak mendengar jika si Pangeran tengah memanggil dirinya sejak tadi.

"Jisung!" serunya lagi, kali ini berhasil membuat kepala berwarna jingga dengan pipi tembam tersebut celingukan seketika, mencari asal suara yang terdengar memanggil namanya. "Heh! Aku manggilin kamu dari tadi gak denger-denger!" omel Minho saat Jisung akhirnya menemukannya dan berenang mendekat.

"Hoo.. kenawhy emang?" jawab Jisung tatkala sudah berada di ambang jendela kamar si duyung.

"Huufftt.. napasmu bau, Jisung!" gerutu Minho sembari mengibaskan tangan di depan wajahnya. Jisung yang mendengar itupun spontan meniupkan napas di mulutnya sembari menutupi tangan ke wajah, lalu hal serupa pun ia tunjukan.

"Astaga, bau naga!" umpatnya sendiri, "Ini pasti karena aku makan ganggang hitam yang dikasih Hyunjin tadi," tambahnya.

"Oh, kau sudah berbaikan dengan hiu kalengan itu?" goda Minho usil, kedua alisnya dinaik-turunkan sembari tersenyum jahil.

"Tidak, tidak. Bukan begitu maksudnya," dan Jisung kedapatan salah tingkah sendiri karena kelepasan bicara.

"Ah, terserah kalian saja," sahut Minho, "Omong-omong, bisakah kamu menolongku?" katanya kemudian.

"Ha? Nolong? Nolong apa, Kak?"

Minho mendekatkan wajahnya, berbisik ke sisi kepala Jisung di mana ia yakin ada telinga di sana meski tak berdaun seperti miliknya. Bibir si duyung bergerak-gerak kecil seolah tengah komat-kamit membaca mantera, namun setelahnya justru membuat si ikan badut menganga.

"What the fish!" umpat Jisung seketika, "Kakak becanda 'kan?! Hell, hell, no no hell!! Itu bahaya you know?!" tambahnya.

Minho mengernyitkan dahinya sebelum menjawab, "Bahasamu kenapa jadi kayak tubuhmu gitu sih?"

Jisung yang terhentak seketika melirik tubuhnya sendiri, "Ada apakah dengan tubuhku yang semok ini?" balasnya disertai nada yang amat mendramatisir keadaan.

"Belang!" sahut Minho tegas.

"Aku belang?" lalu dengan bodohnya Jisung malah mengulangi kalimat sang Pangeran.

"Memangnya ada gitu ikan badut yang sisiknya polkadot?" tandas Minho, "Udahlah gak usah dibahas! Pokonya kamu harus bantuin aku malam ini!" titahnya kemudian.

"Ha, ngapain dah? Gak mau ah! Entar kalo ketauan bisa kelar hidupku. Aku 'kan belom kawin!" bantah yang dititah, menolak sembari mengibas-ngibaskan siripnya ke depan.

Alih-alih menjawab kalimat teman kecilnya itu, Minho justru memincingkan matanya tajam seolah berkalimat lewat tatapannya; mau kupotong-potong tubuhmu?

"Iya, iya, ya udah aku bantuin! Ya ampun tatapan Kak Minho tu beneran kek keluar laser loh kalo lagi marah," gerutu Jisung. Sungguh, dari sekian banyak ikan yang kenal dengan Minho, hanya ia dan Jeongin saja yang berani berlaku sedemikian tidak sopan pada seorang Pangeran.

"Ya udah buruan sana!" titah yang dewasa kemudian sembari mendorong tubuh mungil si ikan badut yang besarnya tak seberapa itu.

"Bawel ih!" Omelnya, lalu kemudian, "Eh, oh, iya.. Kak aku 'kan diajarin bahasa keren sama Hyunjin loh! Katanya biar gaul!" entah bagaimana ceritanya mendadak Jisung berkata demikian. Mood ikan berwarna jingga ini memang kerap tak terkendali, bahkan hanya dalam hitungan detik saja dari yang semula marah bisa langsung tertawa tanpa sebab. Menyeramkan memang, tapi mungkin itu juga sisi unik dari hewan laut tersebut.

"Apaan? Bahasa yang tadi kamu pake ngomong sama aku itu maksudmu?" selidik Minho.

"Iya, keren 'kan aku?" angkuh si ikan.

"Dih!" alih-alih membenarkan, Minho malah memberikan respon ilfeel akan ucapannya, dan tentu saja membuat kawan kecilnya itu kembali merungut.

"Gak seru ih! Bilang iya kek!" gerutunya.

"Heh! Kamu tadi disuruh apa sama aku?!" ingatkan Minho dengan apa yang dipintanya tadi.

"Iya ini lagi mau ke sana," sahut Jisung sembari berenang menjauh.

Tak terlalu jauh sebenarnya, ia hanya mengambil jarak beberapa meter dari bingkai jendela Minho untuk bersembunyi di balik salah satu batu karang besar dan menguntit sesuatu dari sana. Tidak, lebih pastinya Jisung tengah menguntit jendela kamar Juyeon saat ini, sesuai perintah si Tuan Muda tadi.

"Dih, gini amat dah nasibku? Mau tidur malah disuruh ngeronda!" celotehnya sendirian.

"Psssttt!!" Minho menunggu kode dengan mendesis padanya. Lalu dengan malas Jisung mengangkat sirip kirinya sembari digoyang-goyangkan, memberi tanda jika target yang tengah ia untit saat ini tengah terlihat di kamarnya.

'Ah, Kak Yeon belum tidur juga ya,' bisik Minho dalam hatinya.

Tapi kemudian sirip kanan Jisung terangkat, dan yang kiri segera turun; tanda jika target pergi dari posisinya. Dan itu adalah hal yang Minho tunggu-tunggu sejak tadi, ia kemudian bersiap untuk pergi dari kamarnya, namun belum sampai keluar mendadak Jisung kembali memberikan kode sirip kirinya; si target kembali.

"Huuuffftt!!" Minho mendengus sebal, ia terpaksa harus menunggu lagi. Tapi lagi-lagi perubahan terjadi; Jisung kembali menaikan sirip kanannya, dan itu membuat Minho mengernyit bingung. Tidak! Tidak benar juga, karena detik berikutnya sirip kiri itu kembali naik dan terus begitu; kanan, kiri, kanan, kiri, Minho jadi pusing sendiri. Sebenarnya apa sih yang sedang dilakukan si ikan badut saat ini?!

"Heh! Yang bener!" pekiknya setengah berbisik.

"Maap! Ketekku pegel!" sahut Jisung sembari terkikik geli, berhasil menjahili Pangerannya sendiri. Ia kemudian mengangkat sirip kanannya sembari memberi gestur dan juga bibir yang bergerak-gerak ribut mengucapkan kata; Aman! Target pindah ke ruangan baca!

Dan tentu saja Minho tak menyia-nyiakan saat bagus ini untuk melarikan diri. Ia segera berenang melesat keluar dari jendela dan pergi sembari mengatakan terima kasih tatkala melewati tempat Jisung bersembunyi tadi.

Ini adalah malam purnama dan Minho sudah berjanji pada Chan untuk bertemu kembali dengannya sebulan yang lalu. Ia tak ingin membuat nelayan muda itu menunggunya lebih lama lagi, pun juga ada kabar penting yang harus Minho sampaikan pada sosoknya.

Ya, Chan harus tahu tentang apa yang akan terjadi setelah ini pada pulau Biru tempatnya tinggal. Tak peduli apakah ia akan dicap penghianat oleh kaumnya nanti atau tidak, yang jelas Minho harus meminta Chan untuk segera pergi keluar pulau guna menyelamatkan diri.
































 Tak peduli apakah ia akan dicap penghianat oleh kaumnya nanti atau tidak, yang jelas Minho harus meminta Chan untuk segera pergi keluar pulau guna menyelamatkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Under Water ✓ [Banginho ft. Juyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang