"Terima kasih, Hyunjin. Tolong bantu rahasiakan soal ini ya," ucap Juyeon meminta pada Hyunjin, hiu putih itu agar merahasiakan tentang Minho dari yang lainnya, terutama orang tua mereka.
"Tentu, Pangeran," jawab ikan predator tersebut. Sesaat ia hendak berbalik kembali ke lautan dan melanjutkan patrolinya, namun tatkala itu juga maniknya tak sengaja menangkan sosok figur ikan kecil yang bersembunyi di dekat bingkai jendela bersama satu hewan lainnya.
"Heh! Ikan buntal!" serunya sambil mendekat.
Merasa dihina, Jisung yang semula sembunyi itupun segera muncul tak ayalnya dengan berkacak pinggang. Kalau saja ia punya pinggang.
"AKU IKAN BADUT!" teriaknya lantang, namun justru membuat tawa menggelegar dari sang predator terdengar seketika.
"Lucu sekali. Dia lupa dengan jenisnya sendiri," ejek Hyunjin. Tapi entah kenapa membuat Jeongin yang mendengarnya jadi ikut tertawa.
"Kurang ajar! Maju kau sini! Akan kupotong gigimu itu biar jadi sikat cuci!" bentak si ikan badut. Tak lupa juga dengan dua sirip dimajukan ke depan seolah hendak memberi tinju pada lawannya.
"Oh? Kau ingin membuat sikat cuci dari gigiku ya? Nih! Coba ambil nih!" Hyunjin membuka mulutnya lebar-lebar, mendekatkan rangkaian gigi geligi yang tak ada bedanya dengan gergaji itu. Tapi bukannya maju seperti yang dikatakannya sendiri, Jisung malah mundur lagi.
"Kamu tuh dari mana aja, huh!?" Juyeon memegangi kedua bahu adiknya yang kini terus terlihat merunduk dengan bibir digigit.
"Kamu tau gak kalo Kakak cemas banget denger kamu dibawa manusia? Kamu tau gak bahaya yang bakalan kamu terima kalo kamu pergi ke daratan? Kamu tau kalo mereka bakal ngelakuin apa aja dengan tubuhmu!? Kamu tau itu, Minho?!" pekiknya, kesal namun begitu kentara jika ia benar-benar cemas dengan saudaranya itu.
Minho mengangguk pelan, "E-ekorku tersangkut kail waktu ngelepasin jaring ikan. Aku, aku.. hiks.."
Grep!
Mendadak Juyeon menariknya ke dalam pelukan membuatnya terkejut untuk sesaat tapi sedetik kemudian ia mulai menangis terisak karena teringat kembali dengan apa yang sudah terlewati padanya selama berada jauh dari kastil dan kakaknya itu.
"Maaf.." bisiknya pelan.
"Jangan. Jangan lakuin itu lagi. Kakak gak mau kamu sampe kenapa-napa di luar sana. Kakak gak mau kamu disakitin sama mereka," balas yang dewasa ikut terisak, namun justru membuat adiknya semakin menangis dengan bahu yang berguncang.
"Berjanji sama Kakak kalo kamu gak akan pergi ke permukaan lagi. Berjanji kalo kamu gak akan menemui mereka lagi," pinta Juyeon setelah tangisan Minho mereda. Ia mengangkat bahu adiknya untuk saling menautkan pandangan dengan sepasang jelaga hitam masing-masingnya.
'Aku akan menunggumu bertemu lagi jika kamu mau.'
Mendadak selintas suara Chan kembali terdengar dalam benak Minho. Tentang Chan yang berikrar untuk selalu menunggunya di dermaga pada tiga malam pertama bulan purnama. Membuatnya gundah dan tak tahu harus bagaimana. Tapi ia juga tak bisa membantah untuk tidak mengikat janji dengan saudaranya sendiri. Hingga pada akhirnya kepala bersurai gelap selembut sutera itupun mengangguk pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Water ✓ [Banginho ft. Juyeon]
FanfictionJujur saja, Chan tak percaya dengan yang namanya mitologi. Cerita tentang para peri, kurcaci, naga, unicorn, pegasus atau mahkluk lainnya itu hanya ada dalam dongeng belaka. Mereka tidaklah nyata; pikirnya. Tapi semuanya berubah setelah badai itu me...