Minho terkesiap sesaat, tapi kemudian ia terkekeh pelan. Wajahnya yang merona sebisa mungkin ia sembunyikan, sampai suaranya yang kecil kembali terdengar pelan, "Aku akan kembali," ikrarnya pada Chan.
"Sungguh?" Chan terkejut mendengarnya. Namun begitu antusias.
Duyung manis itu menganggukkan kepalanya sekali sebelum menjawab, "Tunggu aku di dermaga seperti biasa, diawal bulan purnama. Aku akan menemuimu di sana," katanya.
Tunggu! Chan mengernyit jelas disaat itu jugakarena ucapan Minho padanya barusan. Ia menatap lekat wajah mungil si duyung sebelum bertanya, "Bukankah kamu gak mau ke dermaga lagi?" bingungnya.
Lantas Minho malah tertawa kecil. Manis sekali didengar suara renyahannya dan juga senyuman yang ditunjukannya. Hingga tanpa disangka justru kali ini wajah Chan yang merona merah karenanya.
"Aku memang akan datang lagi ke dermaga. Akan kuketuk papan kayunya sebanyak tiga kali, dan jika kamu mendengarnya, kamu harus pindah ke sini. Karena aku akan menemuimu di balik batu ini," urainya kemudian.
Chan berkoor ria, paham benar dengan ucapan si pangeran muda itu padanya. Kepalanya mengangguk mengerti sebelum ia menyahuti, "Ah aku mengerti. Baiklah, kalau maumu seperti itu."
Minho mengangguk singkat, "Aku pulang dulu," lalu kemudian pamit pada Chan.
"Mau kuantar?" tawar si nelayan, yang entah kenapa membuat senyuman lucu di wajah sang duyung kembali terkembang sebelum menggeleng pelan.
"Gak usah, makasih banyak," sahutnya.
"Baiklah, hati-hati kalau begitu. Sampai jumpa di purnama bulan depan."
Tangan kecil itu terangkat, melambai singkat sebelum tubuhnya masuk ke dalam air, meninggalkan Chan yang masih duduk di batu karang dengan jantung berdegup kencang. Tapi sesaat setelahnya, nelayan muda itu melihat jika ekor putih duyung manis tersebut sempat terangkat ke permukaan, hanya sebentar seolah tengah melambai.
Baiklah, ia akan menghitung mundur setelah ini. Sekitar tiga mingguan lebih ke depan mereka baru akan bertemu lagi. Di sini, di balik batu karang ini.
Changbin sedikit tersedak kopinya. Rasa panas menjalar dari bibir hingga ke tengkuk kala air yang masih setengah mengepulkan asap itu malah nyaris tersasar ke dalam paru-parunya.
"Apa kau bilang?!" gertaknya kemudian pada Chan, orang yang sudah membuatnya kini terbatuk-batuk karena cerita dirinya yang kembali bertemu dengan si duyung manis kemarin.
"Ya! Aku tak tahu jika selama ini dia juga datang ke sini setiap purnama, tapi dia takut untuk mendekat. Jadinya hanya mengintipiku dari balik batu. Lucu sekali bukan?!" Chan sungguh antusias mengatakan kisahnya pada si kawan.
"Wow.. itu terdengar cukup mengejutkan," komentar Changbin, terdengar datar. Tapi tangannya sibuk menggaruk ke balik punggung, paha, ketiak, dan perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Water ✓ [Banginho ft. Juyeon]
FanfictionJujur saja, Chan tak percaya dengan yang namanya mitologi. Cerita tentang para peri, kurcaci, naga, unicorn, pegasus atau mahkluk lainnya itu hanya ada dalam dongeng belaka. Mereka tidaklah nyata; pikirnya. Tapi semuanya berubah setelah badai itu me...