Pagi ini sangat mendung, tidak ada sedikit pun sinar matahari.Bik Asih sepertinya sedang khawatir dengan keadaan Sisi. Tidak seperti biasa, biasanya Sisi selalu bangun pagi. Namun saat ini ia tak kunjung keluar dari kamarnya.
Demi menghilangkan rasa khawatir dan penasaran dengan keadaan Sisi. Bik Asih mulai menelusuri anak tangga satu persatu dan langsung memasuki kamar Sisi yang tidak di kunci.
Betapa kagetnya jantung Bik Asih yang melihat keadaan putri kecil pemilik rumah ini.
Tubuhnya terbaring lemah dan sangat pucat, seperti orang yang sudah tidak lagi memiliki nyawa, banyak sekali bercak darah yang membasahi lantai, tak lupa pula dengan sebuah pisau buah yang berada di samping tubuhnya.
Bik Asih menangis menjadi-jadi dan berteriak mencari pertolongan.
Tak lama datang lah Mama dan Papa, kemudian di susul oleh Sasa.
Pemandangan pagi ini mampu membulatkan mata mereka. Sepertinya mereka hanya kaget bukan khawatir.
"Tuan, Nyonya. Tolong bawa Non Sisi ke rumah sakit..." mohon Bik Asih sambil terus menangis.
Tanpa aba-aba, Pak Andi langsung menggendong tubuh mungil Sisi dan membawa ke mobil, dan langsung melesat ke rumah sakit.
Sisi langsung di bawa oleh petugas rumah sakit menuju ruang UGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Raut wajah Bik Asih begitu cemas, sedangkan Papa dan Mama sibuk menatap layar ponsel mereka masing-masing.
Papa nya kembali ke kantor, Sasa sudah pergi ke sekolah dari tadi, ia tidak ikut pergi ke rumah sakit, sedangkan Mama ingin pergi ke sebuah acara arisan di rumah temannya. Tinggalah Bik Asih yang menunggu kabar dan keadaan Sisi dari dokter.
Kemudian keluar lah seorang dokter dari ruangan itu.
Bik Asih mulai mendekati dokter tersebut.
"Dok, bagaimana keadaan Non Sisi?" tanya Bik Asih.
"Keadaannya sekarang sangat lemah dan kritis, ia perlu di lakukan perawatan khusus." jawab Dokter, setelah itu ia pergi meninggalkan Bik Asih.
Bik Asih semakin menangis ketika mendengar kabar dari dokter. Bik Asih hanya melihat dari pintu kaca transparan dari ruang UGD.
Tubuhnya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, pergelangan tangannya di perban dan di infus, matanya masih setia tertutup.
Mata Bik Asih menatap sebuah mesin monitor detak jantung, yang menunjukkan detak jantung Sisi begitu lemah.
Sampai di sini tidak ada yang peduli dengan dirinya.
Ternyata waktu sudah hampir sore, Bik Asih terpaksa pulang dan meninggalkan Sisi sendiri.
Baru juga turun dari ojek, Bik Asih menemukan sosok pria muda berdiri di depan gerbang rumah.
"Maaf, kamu mau cari siapa Nak?" tanya Bik Asih, sopan.
"Sisi nya ada?" tanya laki-laki itu.
"Kamu siapanya Non Sisi?" Bik Asih kembali bertanya.
"Saya teman satu sekolahnya," jawab laki-laki itu.
"Non Sisi nya sedang di rawat di rumah sakit, kalau Bibik boleh tau nama kamu siapa?" ujar Bik Asih.
"Oh ya, nama Saya Bima bik."
"Sisi di rawat? Dia sakit apa Bik?" ekspresi wajah Bima sepertinya begitu khawatir dengan keadaan Sisi.
"Sepertinya kemarin malam Non Sisi mencoba untuk bunuh diri," jawab Bik Asih seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi: Gadis Yang Tersakiti
Teen FictionSisilia Mikaila, seorang gadis yang selalu di selimuti oleh rasa sedih dan sakit. Layaknya seperti Cinderella. Tapi ini bukan di siksa oleh Ibu tiri dan Kakak tiri. Melainkan oleh keluarga sendiri. Mungkin, kehidupannya tidak seberuntung saudara kem...