Pagi ini Bima sudah siap untuk pergi ke rumah Sisi.
Bima terus mengetok pintu rumah Sisi, tapi tak ada satu pun manusia yang keluar untuk menghampirinya.
Perasaan khawatir yang semalaman berada di pikirannya itu terus menghantuinya.
Baru juga ingin pergi, pintu rumah tersebut langsung terbuka lebar. Terlihatlah Sasa yang mengenakan seragam sekolah berdiri di ambang pintu.
"Mau cari siapa?" tanya Sasa hanya sekedar bersapa.
"Di mana Sisi?" Bima balik menanya.
"Nggak ada, kemarin sore dia pergi dari rumah." jawab Sasa.
"Pergi kemana?"
"Mana gue tau! Yang pastinya pergi jauh dari keluarga ini." Sasa terlihat bodo amat.
Atmosfernya mendadak berubah. Ia segera meluncur bersama motornya untuk mencari Sisi.
*****
Sinar pagi menyeludup melalui celah jendela, membuatnya terbangun. Ingin bangkit dari kasur saja terasa amat berat, apa lagi harus mandi pagi.
Ia merenung memikirkan masa depannya yang belum pasti. Apa ia harus tetap melanjutkan sekolah, atau memutuskan untuk putus dan berhenti saja. Namun, sedikit lagi langkahnya untuk menggapai semua impiannya.
Akhirnya dengan mengumpulkan niat yang amat lama, Sisi segera bangun, mandi dan bersiap berangkat sekolah.
Langkahnya sedikit ragu ketika ingin memasuki gerbang. Namun rasa percaya dirinya melawan semua keraguannya.
*****
Bima langsung duduk di bangkunya, wajahnya seperti tidak lagi memiliki semangat hidup.
"Lo kenapa Bim?" tanya Mario salah satu teman Bima.
Bima hanya diam dan sesekali melirik temannya.
"Lagi gelisah, galau, merana. Mungkin habis di putusin pacarnya," ucap Dewa secara asal.
"Emang Bima punya pacar?" Mario tidak yakin dengan ucapan Dewa.
"Itu si Amel yang mirip nyonya sihir anak 12 Ipa satu."
"Eh itu si Amelnya aja yang ngehalu jadi pacarnya Bima." jawab Mario.
"Gue sih nggak setuju ya, kalau sempat Bima pacaran sama mak lampir seperti dia." guman Mario secara asal.
"Siapa yang mau pacaran sama dia?" akhirnya Bima membuka suara.
"Lo lah, masa kita berdua." Mario dan Dewa berucap secara bersamaan.
"Eh, emangnya lho itu mikirin apa sih Bim? Dari tadi murung terus, diam terus." tanya Mario mengalihkan pembicaraan.
"Gue lagi mikirin Sisi." jawab Bima.
Mario dan Dewa berusaha mengingat nama gadis yang di sebutkan Bima. Seperti pernah mendengar dan bertemunya secara selintas.
"Sisi yang satu kelas dengan Amel itu bukan?" tanya Dewa sedikit memastikan. "Sisi yang sering di bully si Amel tu bukan?" timpa Mario.
"Atau Sisi yang pernah di labrak di kantin itu?" dengan cepat Mario langsung menjawab omongan Dewa. "Itu bukan Sisi tapi Sasa,"
"Tapi wajahnya mirip,"
Mario menepuk jidatnya. "Namanya juga kembar ya jelas mirip lah,"
"Tapi gue sama lee min ho nggak mirip tu, padahal kita kembar." lanjut Dewa yang mulai merangkai cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi: Gadis Yang Tersakiti
Dla nastolatkówSisilia Mikaila, seorang gadis yang selalu di selimuti oleh rasa sedih dan sakit. Layaknya seperti Cinderella. Tapi ini bukan di siksa oleh Ibu tiri dan Kakak tiri. Melainkan oleh keluarga sendiri. Mungkin, kehidupannya tidak seberuntung saudara kem...