9. Hati dan Pikiran

228 28 0
                                    

Happy Reading
Taburan bintang(vote) dan spam komennya jangan lupa^^

___________________

Lain halnya, di sebuah meja makan terdapat satu keluarga yang sedang asik bercanda ria, sepertinya mereka tidak begitu khawatir terhadap kondisi Sisi.

"Ma, Pa, keadaan si pembawa sial gimana?" tanya Sasa.

"Aduhh sayang, kalau di sini kita jangan bahas dia ya. Lama-lama kalau dengar nama dia membuat selera makan Mama menjadi hilang." jawab Mama.

*****

Sedangkan di rumah Bima, ia sibuk bercerita keadaan Sisi kepada Bundanya.

"Temen kamu itu siapa namanya?" tanya Bunda Bella.

"Namanya Sisi Bun," jawab Bima yang termenung dan mengaduk-aduk sepiring nasi goreng tanpa di masukkan ke mulut.

"Nama yang cantik," guman Bunda kembali melanjutkan makannya.

Setelah selesai sarapan dan bersiap sekolah, Bima langsung pergi. Rasanya ia begitu malas untuk ke sekolah hari ini.

Ketika menelusuri koridor, Bima menemukan Sasa yang sedang berjalan sendiri.

"Keadaaan Sisi gimana?" tanya Bima.

"Mana gue tau," jawab Sasa.

"Lo itu benar-benar saudara yang nggak punya perasaan! Seharusnya lo itu rawat dan jaga saudara lo!"

"Jangan ngurusin hidup gue, banyak hal yang perlu gue lakuin di dunia ini. Bukan hanya mengurusi saudara yang hanya bisa menyusahkan," ucap Sasa.

"Manusia berhati iblis!" ketus Bima dan langsung pergi meninggalkan Sasa seorang diri.

*****

Setelah pulang sekolah, Bima langsung pulang menuju rumah dan meminta izin untuk pergi ke rumah sakit kepada bundanya.

"Assalamualaikum," ucap Bima.

"Waalaikumsalam," jawab Bunda.

"Bun, Bima mau izin pergi ke rumah sakit."

"Melihat Sisi?" tebak Bunda.

"Iya Bun,"

"Ya sudah kamu Bunda izinkan, semoga teman mu itu cepat sembuh dan bisa di kenalkan ke Bunda." ucap Bunda.

Bima terkekeh mendengar perkataan Bundanya barusan.

Sesampainya di rumah sakit, Bima langsung menuju ruangan Sisi dan segera masuk ke dalam ruangan itu.

Keadaaannya kali ini masih seperti sebelumnya, tanpa ada kemajuan. Tubuh masih setia baring lemah tanpa berkutik, mata terus tertutup tanpa bisa melihat keindahan dunia.

"Sisi, bangun. Gue selalu nungguin lo."

Tiba-tiba jari telunjuk bagian tangan kanan Sisi bergerak, pertanda Sisi mulai sadarkan diri. Bima segera memanggil dokter untuk di periksa.

Setelah beberapa menit di periksa, Sisi mulai membuka matanya dan melihat ke tiap sudut kamar rumah sakit.

Setelah di periksa, kondisi Sisi cukup stabil. Maka dari itu ia di pindahkan ke ruang rawat inap.

Bima masih setia menemani Sisi yang pindah ke ruang rawat inap.

"Aku di mana?" lirih Sisi.

"Lo di rumah sakit," jawab Bima.

Sisi mulai mengumpulkan kepingan ingatan penyebab dirinya di larikan ke rumah sakit.

"Si, Makasih." ucap Bima.

Sisi: Gadis Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang