Waktu kecil kita menangis dengan suara keras hanya untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, saat dewasa kita menangis dalam diam hanya untuk melupakan apa yang kita inginkan.
_______________
Sisi terkaget dan terbangun dari tidur pulasnya karena mendengar suara benturan seperti benda pecah yang jatuh ke lantai.
Awalnya ia kira hari ini masih malam, eh ternyata hari sudah pagi. Untung saja hari ini adalah hari minggu.
Tangannya mulai membuka pintu dan menuju keluar untuk mencari bunyi dari sumber suara tersebut.
Kakinya menuruni anak tangga satu persatu, terlihat lah Sasa yang sedang berdiam diri di dekat sebuah lemari kaca dan di samping kakinya terdapat serpihan pecahan kaca dari sebuah vas bunga.
"Kamu ngapain Sa?" tanya Sisi yang sedikit heran melihat gelagat Sasa seperti mati ketakutan.
Bukan menjawab apa yang di tanyakan Sisi, Sasa malah langsung berlari ke kamarnya.
"Ya ampunn!" suara itu berasal dari arah belakang tubuh Sisi, suara itu begitu familiar di dengar oleh telinganya.
Derapan kakinya seperti mendekat.
"Kamu apain vas bunga kesayangan saya yang mahal ini?" tanya Mama dengan raut wajah mulai memerah seperti ingin mengeluarkan tanduk.
"Bukan Sisi yang ngelakuin ini Ma, tapi Sasa yang mecahkan dan menjatuhkannya," ucap Sisi yang berusaha membela diri.
"Omong kosong, sudah tahu kamu ini salah. Tapi malah melemparkan kesalahan mu ke orang lain, kamu pikir saya percaya dengan apa yang kamu ucapkan itu?!" celoteh Mama.
"Benaran Ma, Sisi nggak bohong. Tadi waktu Sisi keluar kamar vas bunga ini sudah pecah dan ada Sasa di sini," ucap Sisi dengan jujur, walaupun di anggap berbohong oleh Mama.
Plakk...
Untuk ke sekian kalinya tamparan Mama mendarat di pipi Sisi, sebenarnya tamparan itu lebih pantas di rasakan oleh Sasa. Gadis itu tidak bersalah, ia tidak tahu menau dengan semua drama yang di buat oleh Sasa.
Sisi meringis kesakitan, dan menahan tangis.
Ia langsung berlari menuju kamar meninggalkan Mama yang masih begitu marah padanya.
Pintu kamar langsung di kunci, tubuhnya terduduk di belakang pintu dengan tangisan yang langsung pecah begitu saja.
"Ini semua nggak adil. Sasa yang melakukan kesalahan, Sisi yang menanggung semuanya," ucap Sisi dengan suara lirih.
*****
Papa yang mendengar keributan tadi, segera keluar dari kamar dan menuju ke sumber keributan.
"Ada apa ini Ma? Pagi-pagi sudah ribut," tanya Papa.
"Lihat ini, gara-gara makhluk sialan itu vas bunga milik Mama jadi pecah." jawab Mama yang mengumpulin serpihan pecahan dari vas bunga.
"Itu anak, makin hari makin ngelunjak saja." guman Papa.
"Nggak bisa di biarin, tu anak perlu Mama kasih pelajaran." Mama mulai menuju ke kamar Sisi.
Langkah kaki itu terus berjalan dengan raut wajah yang amat marah. Tangannya Mama mulai menggedor pintu dengan kencang.
"Makhluk sialan, buka pintunya!" teriak Mama dari balik pintu.
Mata Sisi terbulat mendengar suara itu, tangannya segera menghapus air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi: Gadis Yang Tersakiti
Teen FictionSisilia Mikaila, seorang gadis yang selalu di selimuti oleh rasa sedih dan sakit. Layaknya seperti Cinderella. Tapi ini bukan di siksa oleh Ibu tiri dan Kakak tiri. Melainkan oleh keluarga sendiri. Mungkin, kehidupannya tidak seberuntung saudara kem...