10. Teman

212 26 0
                                    


Bik Asih tengah sibuk bersiap-siap untuk pulang dari rumah sakit. Hari ini adalah hari minggu, hampir 5 hari Sisi di rawat di rumah sakit dan sekarang ia sudah di perbolehkan pulang oleh dokter.

Sisi melihat ke setiap sudut kamar, selama beberapa hari ia di sini, ia tak pernah melihat orang tua menjenguknya atau menampakkan diri ke hadapannya.

"Non Sisi jangan sedih, nanti Tuan dan Nyonya akan datang menjemput Non Sisi." ucap Bik Asih.

"Apakah yang Bibik katakan itu benar? Bibi sedang tidak mencoba untuk membohongi aku 'kan Bik?" tanya Sisi.

"Iya, sebentar lagi mereka akan datang."

Tak membutuhkan waktu lama, pintu ruangan kamarnya terbuka lebar dan terlihat kedua orang tuanya.

Mereka mulai mendekatinya.

"Semua biaya administrasinya sudah saya selesaikan, jadi kamu tidak usah pusing-pusing memikirkannya." ucap Papa dengan nada dingin dan raut wajah datar.

"Makasih Pa,"

"Makasih, makasih. Emangnya dengan makasih doang semua uang yang kami keluarkan akan kembali?" ketus Mama.

"Sisi janji, nanti uangnya akan Sisi ganti." lirih Sisi seraya menundukkan pandangannya.

"Baguslah kalau kamu sadar diri," ucap Mama.

"Makanya, jangan membuat masalah yang bisa membuat orang lain susah!" ketus Mama.

"Kamu tahu kan kalau bunuh diri itu di larang dalam agama, lah ini malah mau coba bunuh diri, kamu mau nambahin dosa?" tanya Mama.

"Lalu bagimana dengan orang tua yang membenci anaknya dan selalu menghukum, menyakiti fisik dan hati, serta membedakan antara anak satu dengan yang lainnya? Apakah itu tidak termasuk dosa?" ucap Sisi.

"Sudah lah, kami di sini mau menjemput kamu pulang, bukan mau minta pencerahan dari kamu." ucap Mama.

Mereka mulai keluar dari rumah sakit dan menuju parkiran untuk menghampiri mobil mereka. Mobil yang di lajukan oleh Papa mulai meninggalkan area rumah sakit.

Sisi menatap pergelangan tangan kiri yang di lilit dengan perban.

Ketika sampai di rumah, tidak ada yang menyambut kedatangannya dan menunggu kepulangannya.

Sisi mulai di bantu oleh Bik Asih menuju ke kamarnya untuk beristirahat.

"Makasih banyak Bik, atas semua pengorbanan dan perjuangan Bibik terhadap Sisi." ucap Sisi.

Bik Asih tidak bisa menahan tangisannya. Sisi mulai menarik kedua sudut bibirnya. Senyumnya begitu manis dan cantik, tidak akan membuat mata bosan menatapnya.

"Non Sisi harus tetap semangat ya, Non Sisi harus menjadi wanita kuat." pesan Bik Asih.

"Siap Bik, Sisi akan selalu menjadi wanita hebat dan kuat," ucap Sisi.

"Ya sudah, sekarang Non Sisi istirahat ya." ucap Bik Asih.

"Bik," panggil Sisi.

"Ada apa Non? Ada yang bisa Bibik bantu?" tanya Bik Asih.

"Sisi boleh minta buatkan semangkuk bubur," pinta Sisi.

"Iya, Bibik buatkan terlebih dahulu ya,"

Bik Asih mulai keluar kamar dan menuju dapur, untuk membuatkan bubur.

Sisi mulai menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut, menjelang Bik Asih datang.

Hanya beberapa menit, Bik Asih kembali ke kamar Non Sisi sambil membawakan sebuah nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.

Sisi: Gadis Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang