18. Susah diatur

708 117 708
                                    


Happy Reading❤

-baca pelan-pelan
-typo tandai
-spam komen oy

***

Tak sedikit siswa di SMA ini yang masih berkeliaran di luar kelas. Bel masuk belum berbunyi, baik siswa maupun siswi masih ada yang bermain di lapangan, bercanda, mengobrol, bergosip, dan lain sebagainya.

Tak ada yang berubah, suasananya pun masih sama seperti biasanya.

Tuhkan Farel lewat lagi.

Sssstt ... udah jan ganggu.

Ada yang lebih pantes.

Kita mah apa atuh.

Pandangan dari para siswi di SMA ini pun tak lepas dari keberadaan Farel, mereka hapal betul waktu di mana Farel akan melewati koridor yang setiap istirahat selalu ramai. Namun, mereka hanya bisa menyaksikan tanpa mengganggu---takut akan kejadian seperti beberapa jam yang lalu.

Trauma. Mungkin seperti itu.

Radit, Rosi dan Yoga berjalan di belakang Kyra dan Farel. Mereka seakan tak pernah lepas dari keduanya, seperti pelengkap. Apalagi dua lelaki itu kerjaannya menjahili orang lain. Atau mungkin sering melakukan hal yang tidak ada faedahnya sama sekali. Tetapi lumayanlah untuk menjadi penghibur.

Rosi masih kalem---sedikit. Mungkin hanya terlihat jika dia sedang belajar atau dia sedang marah. Sisanya hanya diisi oleh tertawa saja, entah itu menertawakan apa yang pasti karena tawanya yang renyah terkadang mengundang tawa dari yang lain juga.

Intinya ... mereka sedikit berharga dalam kehidupan Kyra dan Farel.

"Eh, Dit. Gue ada tebak-tebakan, nih."

"Apaan, tuh?"

"Lo tebak, ya." Radit mengangguki ucapan Yoga. Lelaki itu terdiam sebentar. "Kecil ... eh, ga terlalu kecil. Pokoknya sedeng, lah. Terus nyempil, ada matanya, ada idungnya, ada rambutnya. Apa itu?"

"Ha? Nyempil ... upil?"

Mulai deh.

"Ini ada matanya, bego. Mana ada upil berambut juga?"

"Iya, ya. Mmm ... apa dong?"

"Mau tau?" tanya Yoga. Tak lama ia menunjuk seseorang di dekatnya. "Nih, di tengah kita. Ahahahah!" Yoga tertawa menatap Rosi yang ada di sampingnya dengan tatapan jahil.

"Eh, iya. Ahahah, diem-diem bae lo, Ros." Radit memainkan ujung rambut cewek itu. Sementara Rosi menggerakkan kepalanya risi.

"Bodo. Awas ah!" ujar Rosi. Ia tetap berjalan cuek di antara mereka.

Radit dan Yoga hanya saling tatap sebentar sambil mengidikkan bahunya masing-masing. Keduanya sama-sama mengukur tinggi Rosi dengan tangan mereka. Sebahu. Mereka menyeringai sambil tertawa.

"Kebanyakan cewek pendek ya, Dit."

"Hooh."

"Kurang gizi keknya. Nih si Rosi aja pendek."

Rosi mendelik. "APA LO BILANG?!"

Refleks kedua cowok itu terkejut dengan sahutan ngegas dari Rosi. Jelas, dia tak terima dengan apa yang diucapkan oleh temannya ini. Enak saja mereka bilang kurang gizi, rata-rata 'kan cewek memang sudah ditakdirkan begitu.

"Eh, gak kok canda, elahh."

Radit merangkul pundak Rosi, begitupun dengan Yoga. Kedua cowok itu memang tak pernah berhenti untuk mengganggu gadis berkuncir kuda ini.

not the QUEEN OF SLEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang