23. Ulangan Akhir Semester

520 74 387
                                    


Happy Reading❤
~ typo tandai

***

Pulang sekolah.

Farel tak diperbolehkan main ataupun sekedar mampir di rumah Kyra. Bukan apa-apa, Kyra sendiri yang meminta. Farel pun tidak pernah tahu mengapa tiba-tiba Kyra begitu.

Gadis itu turun dari motor menapak kakinya di tanah, dia membenarkan poninya. Menerima tas yang dibawa Farel.

"Nanti gue hubungin lo kalau ga lagi sibuk," kata Farel sedikit menghadap ke samping.

"Gue sibuk."

"Pfftt-- sibuk apa lo?"

Netra coklat itu melirik ke sana-kemari. Sebelum akhirnya menjawab, "Pokoknya gue sibuk."

Farel bergeming. "Tumben banget."

"Sibuk."

"Iya tau," sahut Farel datar.

"Sibuk."

"Gue ga tuli, Ra."

"Bodo amat," balas Kyra akhirnya.

Menghela napas. Farel memutar bola mata malas meladeni.  Mungkin kali ini harus berusaha mengerti keadaan. Yaa, walaupun tak pasti dan tak jelas maksudnya.

Farel tersenyum mengusap rambut Kyra sebelum motor yang ditumpanginya melesat.

Sepanjang jalan Farel sedikit termenung. Sebenarnya ... ada rasa tak enak di benak cowok itu. Tapi ya sudahlah. Kalau ada maunya juga nanti datang sendiri.

"Berhenti!" Farel terkesiap, refleks mengerem motornya mendadak. Tak sadar dia sudah masuk ke area perkomplekan yang di sana banyak anak kecil bermain.

"Kenapa?"

"Turun dulu, Bang," titah satu anak lelaki dengan kayu di tangannya.

"Mau ngapain?"

"Turun aja."

Tanpa berlama-lama, Farel menuruti kemauan anak yang diperkirakan berumur 7 tahun. Dia turun dari motor dan menatap bingung ke arah anak yang tingginya sepinggang cowok itu.

"Isi bensin dulu!"

"Hah?"

Anak itu tak menghiraukan. Dia berjongkok, mencari lubang apa saja yang terdapat pada motor ninja Farel. Hingga tangannya mengarahkan kayu pada lubang ban motor bagian belakang. "Ban motornya kempes, Bang. Aku isiin bensin biar penuh," ucapnya polos.

Menggeleng tak percaya. Apa-apaan?! Sebenarnya ini isi bensin apa isi angin?

5 menit menunggu. Farel harus segera pulang.

"Udah belum?"

"Belum, ini masih harus ditambal."

Farel kicep. Semakin menahan diri agar tetap sabar. Sepertinya bocah kecil yang entah sedang mengutak-ngatik motornya ini cita-citanya ingin menjadi mekanik.

Farel berjongkok memberi atensi penuh pada bocah yang sedari tadi pokus menunduk. "Dek, cita-cita lo emang apa?"

"Aku? Pengen jadi dokter." Dengan ringannya dia menjawab disusul cengiran. Heh, ini gimana ceritanya?

Tahan. Tahan. Dia masih kecil pikir Farel. Tak tahu besar nanti mungkin anak ini sukses dengan profesi membanggakan. Semoga saja.

Setelah menunggu begitu lamanya. Anak itu membuang kayu yang dipegang. Menepuk-nepuk tangannya yang kotor. "Udah, Bang."

"Iya ... makasih, adek ganteng, pinter." Farel tersenyum paksa. "Pulang gih udah sore," titah Farel melihat penampilannya yang sudah kumal penuh keringat.

not the QUEEN OF SLEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang