Happy Reading❤
~ typo tandai***
Pengumuman nilai ulangan akhir semester akan segera dibagikan. Di mana para siswa sangat menunggu waktu tersebut. Tak sabaran.
Ada yang tegang takut nilainya tidak memuaskan, ada saja yang selalu tenang tanpa memedulikan nasib nilainya. Biasa, modelan kek gitu tuh nggak jauh dari siswa yang duduk di barisan paling belakang.
"Kira-kira nilai gue bakal gede nggak, ya?" Cowok yang duduk tak jauh dari bangku Farel mengusap wajahnya. Kedua sikunya ditumpukan di atas meja. Itu Yoga.
"Positif thinking aja, Yog. Gue yakin nilai lo di bawah enam puluh," ujar Radit tergelak melihat raut jengkel sang teman.
"Lo emang laknat, Bro. Nggak nyangka kita temanan dari kelas sepuluh." Senyuman tulus beserta tepukan dari Yoga tiba-tiba membuat rasa bersalah muncul. Aduh, kok jadi nggak enak gini ya.
"B-bukan maksud gitu. Gue cuma---"
"Alah ... anjir, lo banyak drama!" Belum selesai bicara. Pukulan keras mendarat di bahu Radit---membuatnya mengaduh kesakitan.
"Sakit, bego! Lo nggak ada rasa kasiannya apa sama gue?!" Amarahnya sedikit meluap dengan tatapan tajam ke arah temannya.
"Terus gue harus ngapain?"
"Terima kasih kek apa, kek. Gue udah lama jadi temen lo emang lo nggak bersyukur?"
"Hmm ... oke." Yoga menyetujui. Lalu memegang bahu objek di hadapan. "Terima kasih, Monyet. Kau lah sahabat terbaik aku."
"Bacot sia, ah!" Tampar Radit tepat di pipi kanan Yoga. Dia kira temannya ini bakal berterima kasih dengan tulus. Namun, nyatanya nggak beda dari yang lain.
(Bacot lo, ah!)Sudah berulang kali para siswa berjalan ke sana-kemari demi menunggu guru yang akan membagikan hasil nilai mereka. Ya, sampai ada yang duduk menghalang pintu sambil terus melirik ke arah koridor.
Kyra yang sedang bersandar malas pada bahu Farel hanya mengedarkan pandangannya. Iseng saja. Setelah itu menguap.
"Sumpah, gue nggak sabar pengen cepet-cepet lulus." Yoga menyahut lagi.
Salah satu meja barisan ketiga yang diduduki Farel dan Kyra selalu menjadi tempat mampir teman-temannya. Seperti biasa, posisi mereka dibuat melingkar. Kali ini Rosi berada di bangkunya tidak ikut berkumpul.
"Masih ada setahun lagi, bego." Radit menimpal dengan tangan menoyor sang teman.
"Anjir! Lo kenapa sih suka toyor kepala gue?!"
"Kepala lo terlalu toyorable, Yog." Radit balas menyeringai. "Orang lo juga suka jitak kepala gue."
Tawa Yoga jadi pecah. "Ya berati kepala lo juga jitakable."
Mata Radit mendadak tajam. Sedetik kemudian dia ngakak di tempat sambil memukul meja.
"Berisik, Oy!" Pukulan itu berhenti kala seorang teman yang sedang nongkrong di sudut kelas menegur. "Jangan bikin ribut disini!"
"Iye ... Iye...," Radit tersungut-sungut julid. Kepalanya maju hendak berbisik. "Nggak tau kenapa gue gedeg ama tu anak."
"Ngomong si di belakang, banci." Ucapan sarkas Kyra sontak membuat sekeliling meja itu melongo. Jelas, dia menyahut tapi mata terpejam.
Radit menyengir tak karuan. "Bisa-bisanya lo denger omongan gue, Ra," kikuknya menggaruk kepala belakang.
Kyra mengacungkan jempol, lalu menggaruk pangkal alis. Mencari posisi nyaman lagi di bahu Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
not the QUEEN OF SLEEP
Teen Fiction⚠Cerita ini mengandung emosi⚠ ~Temukan kejutan di setiap partnya~ Yakali ga follow dulu :v _________________________________________ "Mati itu enak, ya? Gue liat orang yang mati gak bangun-bangun. Kalau gue mati ... apa tidur gue nyenyak?" ~Kyra. _...