22. Berbeda

568 90 560
                                    

Happy Reading❤

~typo tandai

***

Tiga puluh buah jari yang terdapat dalam enam kaki tiga pasangan sedang melangkah memasuki rumah besar milik teman mereka. Jumlah orang itu ... bisa dihitung sendiri.

Terlampau saat mereka masuk lewat pintu utama yang dibiarkan terbuka. Sudah dipastikan, si pemilik rumah sudah tahu akan kedatangan mereka.

Untuk kesekian kalinya mereka datang ke rumah Kyra. Ya, lumayan sepi. Orang tuanya pun sibuk. Jadi bebas asalkan sopan.

Yoga. Dia maju sedikit mendahului teman-temannya sambil berjalan. Memegang tas dengan baju santainya. Setiap kali ke rumah Kyra, pasti mereka mengedarkan pandangan ke setiap sudut. Cukup enak dilihat.

"Keknya di sini gada orangnya, deh," kata Yoga memutar badan.

Radit dan Rosi lempeng. "Emang kita bukan orang?"

"Ck, maksud gue yang punya rumahnya nggak ada." Yoga meralat. Punya temen ga peka banget.

"Kan kata Farel kita langsung ke tempat biasa aja. Yuk lah!" ajak Rosi kemudian.

Tak butuh beberapa meter. Mereka sudah memasuki ruang tamu. Belum sampai, langkah mereka terhenti.

"Eh, kenapa ada Momo Geisha di sini?" tanya Yoga asal menyadari seorang gadis tengah duduk di sofa.

"Buta no mata lo!"

Bukan, cewek itu Mora. Tersenyum sedikit melambaikan tangan. Tak usah ditanya. Mora tetangga Farel yang pasti dia juga ingin ikut belajar. Berbeda kelas bukan berarti berbeda materi bukan?

"Eh iya, Farel ama Kyra di mana?"

"Di kamar."

"Hah?" Yoga menutup mulut dibuat kaget. "Ngapa---"

"Otak lo kotor, bangsat! Cuci dulu sono." Radit refleks menjitak.

"Si bangsat, ya gausah jitak juga!" sewot Yoga. Dia pikir dengan menjitak bisa membuat pintar apa?

"Hushh, sama-sama bangsat jan berantem." Rosi disuguhi tatapan horor keduanya. Bergidik. Cepat mengalihkan pandangan. Tak lama dia menghampiri Mora. "Gue duduk samping lo ya."

"Oh boleh. Sini."

Rosi tersenyum. Mendaratkan dirinya di atas kursi samping Mora. Lalu disusul Radit dan Yoga yang duduk di kursi lain.

"Udah lama nunggu?" tanya Rosi pada Mora.

"Lumayan."

"Dari kapan emang?"

"Dari tadi."

Rosi lempeng. Baru kenal saja sudah seperti ini. Kasihan, mana masih muda. Namun, yang bisa Rosi lakukan hanya haha-hehe. Itung-itung menyapa.

"Wihhh ... tau aja nih. Baru juga dateng dah disiapin segalanya."

Tangan Radit terulur meraih toples yang berisi cemilan penuh. Namun, belum sempat menyentuh, tangannya sudah ditepis.

"Yang sopan jadi orang!"

"Iye, iye." Air muka Radit datar. "Galak bener istri pembalap."

Rosi memelotot.

Bergeser ke kiri. Radit tak berani melihat wajah Rosi. Takut mata itu keluar pikirnya. Kan creepy.

Cukup lama mereka duduk. Menunggu sambil berbasa-basi random. Seperti biasa, peran Radit dan Yoga adalah membuat lelucon garing.

not the QUEEN OF SLEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang