1. TOBATNYA SI AGEN

3.2K 220 9
                                    

Happy Reading !!

Ledakan besar yang menghancurkan panti asuhan, asap hitam pekat mengepul di udara hingga membuat sesak napas.
Salju turun perlahan, musim dingin telah tiba sesuai dengan perkiraan berakhirnya misi yang diembannya.
Di sudut lain puing-puing yang telah runtuh terbakar, gadis berpakaian hitam lengkap dengan senjatanya menangis sesenggukan.
Wajahnya tertutup masker hitam yang hanya memperlihatkan matanya, tangannya mencengkram sebuah boneka singa warna coklat muda.
Tubuhnya bergetar hebat, tangisan pilu tak kunjung berhenti dari bibirnya yang tergigit kuat hingga secercap rasa besi terasa dilidahnya.
Semua dosa yang terkumpul di kepalanya tampak sangat nyata, Hinata memukul dirinya dengan nelangsa, menyalahkan dirinya dari semua tragedi yang membuat banyak anak tak berdosa menjadi korbannya.

"Aku berdosa. Aku berdosa Tuhan !!"

Untuk pertama kali selama tiga tahun melakukan pekerjaannya, Hinata menyesal karena ia harus menjadi salah satu dari agen terbaik yang ditugaskan untuk menangani masalah perdagangan manusia yang menjadi kasusnya.
Penyesalannya tidak kunjung mereda, rasa sakit yang menyesakkan itu menghujam jantungnya tanpa jeda, Hinata ingin mati bersama mereka, seharusnya ia yang mati saja.
Seandainya ia bisa lebih ahli dalam menjinakkan bom, semuanya tidak akan seperti ini.
Tidak harus mengorbankan 15 nyawa tak berdosa dari anak-anak yang masih suci didalam sana.
Hinata kembali merasa bersalah, kembali ingin membunuh dirinya sendiri.

Hyuuga Hinata, si agen tingkat empat yang mempunyai keahlian khusus dalam menembak.
Menjadi satu dari tiga sniper yang mempunyai keahlian diatas rata-rata.
Selain menembak, Hinata juga ahli dalam permainan pedang dan pertarungan tangan kosong.
Keahliannya tidak didapat dengan mudah, ia bahkan harus kehilangan masa remaja yang menyenangkan hanya karena pelatihan keras yang diberikan ayah dan kakaknya.
Menjadi seorang agen yang membanggakan adalah cita-citanya, dimana Hinata akan merasa bangga jika ia bisa melampaui ekspektasi ayahnya.
Pekerjaan yang melemparkan nyawanya sebagai taruhan, nyatanya tidak membuatnya gentar atau memilih menyerah.
Ini seperti permainan menegangkan yang membuatnya kecanduan.
Menjadi agen tingkat empat pada usia yang masih 24 tahun, adalah prestasi mengagumkan bagi agen perempuan yang rata-rata harus menghabiskan waktu lima tahun untuk naik tingkat.

Tapi, lihatlah bagaimana keadaan agen tingkat empat yang bertubuh kecil tapi tangguh itu.
Hinata hanya terbaring di ranjang, sudah dua hari ia tidak membuka matanya.
Luka fisiknya bukan masalah besar, dokter mengatakan bahwa luka psikologisnya adalah alasan kuat kenapa Hinata tidak mau membuka mata.
Saat seseorang sedang mengalami fase dimana mereka merasa tertekan dengan sangat berat, otomatis otaknya akan mengirim sinyal yang membuatnya tidak mau sadar atau mengingat semua hal yang terjadi.
Itu berlaku bagi Hinata, yang sekarang terlihat begitu polos layaknya gadis muda yang belum pernah mengenal kejamnya dunia.

Selama menjadi agen, Hinata sudah melihat banyak kematian tak adil yang membuatnya tidak bisa diam.
Bahkan saat ia harus membunuh seseorang, Hinata bisa melakukannya tanpa ragu, selama ia benar-benar menemukan target yang tepat untuk di bunuhnya.
Tapi kali ini tidak, Hinata merasa begitu trauma hingga membuatnya enggan membuka mata.
Anak-anak itu tidak bersalah, tapi mereka harus mati dengan tragis.
Hinata tidak bisa untuk tidak menyalahkan dirinya, karena ia yang bertanggung jawab disana.
Meski misi itu terbilang sukses, Hinata tidak bisa bernapas dengan benar karena apa yang telah dikorbankannya.
Hinata tidak bisa menyelamatkan anak-anak itu, Hinata tidak bisa melindungi mereka.

"Hinata, kenapa kau menghukum dirimu sendiri, hmm ?"

Hyuuga Neji mengusap rambut adiknya dengan lembut, wajah pucat Hinata yang terbaring tak berdaya membuatnya begitu iba.
Adik kecilnya yang manis tumbuh dengan pemahaman yang begitu baik.
Tidak ada doktrin yang ditancapkan di otak Hinata, tidak ada yang bisa mengubah malaikat cantiknya menjadi iblis.
Bergabung menjadi seorang agen tidak serta merta membuat Hinata mengubah dirinya, atau membuatnya menjadi mesin pembunuh yang kejam.
Hinata tetap adik kecilnya, yang hatinya begitu halus dan rapuh.
Hinata memang hampir tidak pernah menangis dihadapannya, tapi anak itu sering sekali menangis seorang diri di kamarnya.

MR. MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang