Bab 8 - Cat and Dog

1.2K 179 51
                                    

Cat and Dog

"Sayang, ayo bangun." Suara mamanya diiringi guncangan lembut di bahunya.

"Aku masih ngantuk, Ma," erang Vely, enggak membuka mata.

"Tapi, bos kamu udah nunggu di bawah."

Kalimat itu membuat Vely mengernyit, masih dengan mata terpejam.

"Bos siapa, Ma?" tanya Vely yang masih mengantuk.

"Bos kamu. Devon Alvaro."

Nama itu membuat mata Vely seketika terbuka. Ia beranjak duduk dan menatap mamanya. "Siapa, Ma?"

"Devon Alvaro," ulang mamanya. "Tapi, bukannya semalam kamu bilang, kamu udah dipecat, ya?"

Vely mengerjap. Ya. Seharusnya Vely dipecat. Kecuali jika Devon Alvaro kehilangan akal sehatnya. Sepertinya, itu yang terjadi.

***

Terima kasih pada Vely, pagi-pagi Devon sudah harus berhadapan dengan Zelo Dirgantara yang menatapnya, tajam, tak ramah. Tak seperti Zelo, anak sulung keluarga itu, Valent, hanya memperhatikan Devon dengan santai. Namun, tak satu pun dari mereka menyapa atau mengajak Devon berbicara.

Untunglah, Veryn, mama Vely turun setelah pamit membangunkan Vely tadi. Seperti ketika Devon datang, wanita itu berbicara padanya dengan ramah,

"Maaf, ya. Vely baru bangun."

Devon menggeleng. "Saya yang minta maaf, Tante, karena tiba-tiba datang seperti ini." Ugh, ia terdengar seperti anak SMA yang akan mengajak temannya pergi bermain. Namun, mama Vely tampaknya tak keberatan dengan panggilan itu.

"Tapi, kenapa kok sampai kamu jemput Vely?" tanya mama Vely heran.

"Salah satu tugas Vely menjemput saya di rumah, Tante, tapi sampai jam segini dia belum datang juga. Jadi, saya yang memutuskan untuk datang kemari. Siapa tahu Vely sakit," ucapnya seramah dan seperhatian mungkin.

Mama Vely mengerutkan kening. "Tapi, semalam kok Vely bilang kalau dia dipecat? Dia bilang, kamu nggak suka sama dia."

Dipecat? Bocah itu! Apa dia terlahir untuk mempersulit hidup Devon? Kenapa pula dia memberikan alasan seperti itu pada mamanya? Meski, ya, benar, Devon tidak menyukainya. Memangnya, siapa yang bisa menyukai iblis kecil pembuat kekacauan itu?

Deheman keras Zelo membuat Devon memasang sebuah senyum palsu. "Enggak kok, Tante. Justru saya butuh asisten yang seperti Vely untuk membantu saya. Mungkin, dia salah paham."

Mama Vely manggut-manggut. "Memang kadang Vely itu suka overthinking, sih." Mama Vely tersenyum tak enak pada Devon. "Oh iya, kamu belum sarapan, kan? Sekalian sarapan di sini, ya?" ajak wanita itu.

Devon melirik Zelo dan Valent waspada. Ia tentu senang mendapat tawaran itu. Tawaran untuk selangkah lebih dekat dengan keluarga ini. Namun ...

"Iya, ikut makan di sini aja," Valent angkat suara. "Nggak perlu khawatir. Kali ini, bukan Vely yang masak."

Devon tersenyum canggung. Apa Vely menceritakan kejadian di rumah Devon kemarin pada kakaknya? Yah, mereka tampaknya cukup dekat.

"Lagian," Valent tersenyum penuh minat, "aku penasaran gimana sikap Vely ke bosnya. Dia belum pernah kerja di luar sebelum ini."

Jika pria itu tahu kegilaan apa saja yang dilakukan Vely pada Devon, dia akan ...

Tawa keras Valent memotong pikiran Devon. Ia menatap Valent keheranan.

"Maaf," ucap pria itu sembari berusaha menghentikan tawanya, "tiba-tiba aku teringat hal yang lucu." Pria itu tiba-tiba menghampiri Devon dan menepuk bahunya. "Vely kadang nggak terduga banget. Dia kalau bikin masalah ..."

The Crazy CEO (Crazy Series #1) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang