Kedekatan yang Tak Diinginkan
Setelah Vely dipaksa pulang oleh papanya sore itu, Devon segera menghubungi Arya, menyuruhnya mengurus kepulangan Devon. Ia harus pergi sebelum anggota keluarga Vely ada yang datang lagi.
Namun, ketika Devon sedang menunggu mobil Arya di lobi, ia bertemu dengan Zane Dirgantara yang baru tiba. Sepertinya pria itu bertugas mengawasinya malam ini. Pria itu berhenti di pintu lobi, menatap Devon sesaat, lalu mendengus pelan.
"Zelo benar-benar dalam masalah," ucap pria itu sebelum melanjutkan langkah, melewati Devon.
Devon tak sempat memikirkan reaksi Zane itu ketika Arya tiba dengan mobilnya. Asistennya itu membuka pintu untuk Devon. Ketika Devon masuk, ia menoleh ke rumah sakit dan sempat melihat Zane bertemu dengan Athena. Tidak, lebih tepatnya, Zane menahan lengan Athena yang sepertinya hendak mengejar seseorang. Dugaan Devon, orang itu adalah Devon. Athena memang seorang dokter.
"Mulai hari ini, Velyan Dirgantara nggak lagi kerja di kantor kita," Devon memberitahu Arya ketika mobil Arya keluar dari rumah sakit.
"Ha? Kenapa, Pak?" tanya Arya bingung.
"Jangan tanya dan jangan pernah tanya lagi," jawab Devon ketus sembari menyandarkan tubuh di jok. Ia menarik napas dalam dan memejamkan mata.
Lebih baik ia tidak melibatkan Vely lagi dalam hidupnya. Ia akan mengurus masalah perusahaannya sendiri. Toh ini bukan pertama kalinya ia harus berperang sendirian. Itu jauh lebih baik daripada harus melibatkan gadis itu.
***
Ketika Vely masuk ke kamar rawat Devon pagi itu, ia terkejut mendapati kamar itu kosong. Pantas saja Vely tak bisa mendengar atau melihat apa pun dari pikiran pria itu. Namun, papanya pasti tahu jika Devon tak ada di sini. Vely menoleh pada papanya yang pagi itu mengantarnya.
"Devon ke mana, Pa?" tanya Vely.
"Dia nggak ada?" tanya papa Vely sembari melongok ke dalam. "Mungkin udah pulang."
Vely menyipitkan mata. "Bukannya Papa usir?"
Papa Vely mendecak menegurnya. "Nggak. Mungkin dia emang udah nggak mau ketemu kamu lagi."
Vely mendesis kesal dan akan pergi, tapi ditahan papanya. "Kamu mau ke mana?"
"Ke rumah Devon," jawab Vely.
"Velyan!" tegur papanya.
Vely menghela napas kesal. "Papa bilang, Papa akan biarin aku main-main sama dia sampai aku puas," sebutnya. "Papa yang ngasih aku mainan itu, jadi Papa nggak boleh sembarangan ngambil gitu, dong!"
"Vely, itu ..."
"Atau aku bilang ke Mama, nih?" ancam Vely.
Papanya melotot panik. "Kamu ..."
"Aku janji nggak akan bilang ke Mama," Vely menyela. "Jadi, jangan ambil mainanku sebelum aku bosan. Ya, Pa?" Vely memasang ekspresi memelasnya.
Papanya mengernyit, tapi kemudian melepas pegangannya di lengan Vely. "Dia nggak mau ketemu kamu lagi, Vel," ucap papanya ketika Vely akan pergi.
"Aku ngerti," sahut Vely enteng. "Emangnya, siapa yang mau ketemu aku lagi setelah tahu kemampuanku?"
Papanya tampak hendak membalas, tapi Vely sudah buru-buru pergi. Kalaupun Vely harus pergi dari hidup pria itu, Vely yang akan pergi sendiri, bukannya diusir seperti ini.
Dasar bos kurang ajar!
***
Pagi itu, Devon sedang menikmati kopi di ruang tengah sembari membaca laporan Arya tentang hasil rapat tanpa dirinya kemarin. Saat ini, semua orang berpikir jika Devon adalah orang yang berbahaya dan harus disingkirkan dari perusahaan. Mereka berpikir jika Devonlah yang menyingkirkan Avan. Devon dijebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy CEO (Crazy Series #1) (End)
RomanceTerlahir sebagai bungsu Dirgantara, tak ada satu pria pun yang cukup berani untuk mendekati Vely. Mengingat keluarganya yang begitu overprotektif padanya. Sampai Devon muncul. Devon akan melakukan apa pun untuk menguasai perusahaan peninggalan pap...