Sad Story of the Devil
Pikiran menyedihkan Devon tadi terus mengusik Vely sepanjang perjalanan menuju ruang rapat. Vely tahu, ia punya keluarga terbaik. Mereka peduli dan menyayangi Vely tanpa syarat. Namun, keluarga memang sudah seharusnya seperti itu, kan? Seharusnya begitu.
Lalu, bagaimana dengan Devon? Mama kandungnya bahkan menyebutnya monster. Meski dia adalah orang paling kurang ajar yang pernah ditemui Vely, tapi ... kenyataan tentang keluarganya tetap saja tampak begitu sedih di mata Vely.
Entah kenapa, Vely jadi penasaran dengan keluarga pria itu. Kenapa sampai mamanya menyebutnya monster? Vely ragu wanita itu adalah mama kandung Devon. Namun, Devon juga menceritakan tentang mamanya yang berselingkuh, bahkan hingga punya anak.
Vely bergidik. Ia tak bisa membayangkan, keluarga macam apa yang dimiliki Devon. Apa itu bahkan bisa disebut keluarga?
Namun, ketika Vely memasuki ruang rapat, seseorang yang juga akan masuk menyenggolnya, membuat suara pikiran orang itu menggaung keras di kepala Vely, menyentakkannya.
'Harusnya aku bunuh aja Devon sialan itu!'
"Kamu nggak pa-pa?" Pertanyaan itu datang dari Devon yang sudah menangkap tubuh Vely yang sempat oleng.
Vely segera menarik diri dari pegangan pria itu. "Nggak pa-pa. Aku cuma ... ngerasa canggung aja, soalnya nggak kenal orang-orang yang ada di sini," Vely beralasan.
Namun, Vely langsung menyesali alasannya itu ketika Devon dengan baik hatinya memperkenalkan orang-orang itu padanya.
"Yang duduk di baris yang sama kayak mamaku itu, orang-orang di pihak dia. Di sampingnya itu anaknya mamaku, Avan, sampingnya ada direktur operasional, Darmo, sampingnya lagi ada direktur keuangan ..."
Begitulah, Devon memperkenalkan seisi ruangan pada Vely, seketika membuat kepala Vely penuh dengan pikiran orang-orang itu.
"Kamu beneran nggak pa-pa?" tanya Devon. "Wajahmu pucat."
'Jangan sampai nih bocah pingsan di sini dan ngerepotin aku,' ucap Devon dalam kepalanya.
Vely mendecak kecil dan menggeleng. "Aku nggak pa-pa," jawabnya ketus.
Sementara Devon duduk di kursinya, Vely duduk di deretan kursi untuk sekretaris, bersama Arya dan sekretaris lainnya. Begitu rapat dimulai, Vely ingin fokus mengikuti rapat itu, tapi kepalanya begitu penuh dengan pikiran orang-orang itu. Namun, itu bukan pikiran-pikiran biasa. Ada begitu banyak kebencian di sana.
'Sial, Devon ngusulin rapat ini pasti buat nyingkirin aku!'
'Aku harus waspada. Aku nggak tahu kapan dia akan nyingkirin aku kayak dia nyingkirin adiknya.'
'Benar-benar monster. Bahkan adiknya sendiri dia hancurkan.'
'Gimana caranya aku nyingkirin monster itu untuk selamanya?'
'Bagus. Dengan gini, semua orang akan semakin memusuhi Devon.'
'Aku harus nyingkirin dia sebelum dia nyingkirin aku juga.'
'Kenapa belum ada juga yang berhasil membunuh iblis nggak punya hati itu?'
Vely memejamkan mata ketika mendadak ia merasakan pusing yang teramat sangat di kepalanya. Ia juga mulai merasakan sesak dan kesulitan bernapas. Vely belum pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ia belum pernah ... menghadapi kebencian sebanyak ini sebelumnya.
'Papa ...' Hanya itu yang bisa dipikirkan Vely sebelum ia kehilangan kesadaran.
***
Devon melompat dari kursinya dan langsung berlari menghampiri Vely yang tiba-tiba jatuh dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy CEO (Crazy Series #1) (End)
RomanceTerlahir sebagai bungsu Dirgantara, tak ada satu pria pun yang cukup berani untuk mendekati Vely. Mengingat keluarganya yang begitu overprotektif padanya. Sampai Devon muncul. Devon akan melakukan apa pun untuk menguasai perusahaan peninggalan pap...