Not That Easy
Pagi itu, Devon datang ke rumah Vely dan disambut dengan dingin oleh papa dan kakak gadis itu. Namun, semua itu tak dipedulikan Devon ketika Vely muncul, berlari menuruni tangga dengan senyum riang di wajahnya.
"Hati-hati, jangan lari!" Devon mengingatkan gadis itu.
Namun, tentu saja Vely tak mendengarkan peringatannya. Vely tampak sudah siap pergi ke kantor dengan stelan kerjanya.
"Vely tadi bangun paling pagi saking semangatnya mau berangkat kerja hari ini," urai mama Vely yang muncul dengan membawa senampan minuman. "Tapi, bukannya waktu di rumah sakit itu kamu udah mecat Vely, ya?" tanya mama Vely geli.
Devon meringis. "Waktu itu ... ada salah paham, Tante."
Mama Vely tersenyum geli. "Vely pasti sering bikin kamu repot kan, di kantor?"
Devon menggeleng, sementara Vely protes,
"Mama tuh, nggak tahu aja kalau pas aku kerja."
"Maaf karena udah bikin Tante khawatir," ucap Devon.
Mama Vely mengangguk. "Tante ngerti, kok. Waktu itu, kamu pasti khawatir karena kondisi Vely dan kemampuan pikirannya."
Devon tersenyum canggung dan mengangguk. Untuk apa dia mengelak lagi jika semuanya sudah tahu? Vely, kakak, dan papanya bahkan sudah tahu tentang perasaan Devon pada Vely.
Devon melirik Vely yang tiba-tiba terkikik. Akibatnya, gadis itu mendapat teguran mamanya.
"Maaf, Ma, habis kepikiran hal yang lucu, sih," Vely beralasan.
"Tapi, kamu nanti di kantor sendirian yakin nggak pa-pa, Vel?" singgung Valent.
Devon mengerutkan kening. Sendirian?
"Vely bilang, dia mau latihan menghadapi dunia luar," Valent berbicara pada Devon. Dengan nada meremehkan.
'Kalian ... beneran akan ngebiarin Vely di luar sana sendirian dengan kemampuannya?' Devon menanyakan apa yang ia cemaskan dalam pikirannya.
"Nggak perlu khawatir." Kalimat itu datang dari Eve yang baru muncul dari pintu depan. "Aku udah minta tolong Alex untuk jaga Vely kalau ada apa-apa."
Devon memperhatikan cara Eve menatap Valent dan Zelo. Apa ini perang keluarga?
"Tapi, kamu tetap harus hati-hati, Vely," pesan mama Vely. "Kalau kamu ngerasa kesulitan, langsung panggil Papa, ya?"
Vely hanya mengangguk. Ia lalu menatap papanya. "Kalau aku panggil Papa, Papa pasti akan datang, kan?" tanya gadis itu.
Devon ikut menatap Zelo yang mengernyit. Pria itu menatap Vely lekat. "Kamu putri Papa. Mana mungkin Papa nggak datang kalau kamu manggil Papa?"
Pikiran Devon ketika pertama kali melihat keluarga ini benar. Keluarga ini adalah keluarga yang aneh. Bahkan ketika Vely menentangnya, Zelo tetap akan melindungi Vely. Bahkan meski Vely berdiri di seberangnya sebagai musuhnya, Zelo tetap akan memihak dan melindungi putrinya itu.
***
Vely tak bisa menahan sorakan senangnya ketika akhirnya memasuki ruang kantor Devon. Ia langsung duduk di kursi kerjanya dan memutar kursi itu.
"Ah, udah lama banget aku nggak ke sini ..." Vely tertawa senang sembari melompat dari kursinya yang berputar. Ia sempat oleng, tapi Devon menangkapnya, memegangi lengannya.
"Kalau kamu nggak hati-hati, bisa-bisa kamu nginap di rumah sakit lagi nanti," Devon mengingatkannya.
Vely mendengus geli. "Nggak masalah. Asal ditemenin sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy CEO (Crazy Series #1) (End)
RomanceTerlahir sebagai bungsu Dirgantara, tak ada satu pria pun yang cukup berani untuk mendekati Vely. Mengingat keluarganya yang begitu overprotektif padanya. Sampai Devon muncul. Devon akan melakukan apa pun untuk menguasai perusahaan peninggalan pap...