Bab 21 - For You

1.2K 168 58
                                    

For You

Devon terkejut ketika ia berangkat kerja pagi itu, lagi-lagi ia melihat Vely di depan pintu gedung kantornya dengan enam orang pengawal mengelilinginya, menghindarkannya dari para karyawan yang datang untuk bekerja. Kali ini, Devon tak melihat kehadiran Valent. Apa itu berarti, Vely bisa mendengar pikiran orang-orang yang dikenalnya di sini?

Khawatir, Devon yang sudah berjalan ke arah lift, menghampiri Vely. Gadis itu melompat-lompat agar bisa melihat Devon dari bahu para pengawalnya. Devon mempercepat langkah agar bisa segera tiba di depan Vely untuk mengingatkan gadis itu,

"Jangan lompat-lompat, kamu kan, habis jatuh."

Vely berhenti melompat begitu para pengawalnya menepi, membuka jalan agar dia bisa bertemu tatap dengan Devon.

"Ngapain lagi kamu ke sini? Aku udah jawab pertanyaanmu kemarin," ucap Devon tak ramah.

"Kamu belum jawab pertanyaanku yang satunya," sebut Vely. "Kamu pulang ke mana? Kamu pulang ke rumah keluargamu?"

"Nggak," jawab Devon. "Aku pulang ke apartemenku."

"Di mana?"

"Di ..." Devon berhasil menahan bibirnya untuk menyebutkan lokasi apartemennya. Devon berdehem. "Kamu nggak perlu tahu."

"Aku akan minta Papa segera ganti rumahmu."

"Kamu bilang, bukan kamu yang bakar rumahku," singgung Devon.

"Emang bukan. Aku pengen ngasih aja."

"Nggak usah, aku nggak perlu," tolak Devon. "Tapi, apa nggak pa-pa kamu dengar pikiran orang-orang di kantorku?"

Vely menelengkan kepala. "Apa itu yang kamu khawatirin?"

Devon tak menanggapi.

Vely tersenyum geli dan mengedik ke pelataran parkir di halaman gedung. Ada sebuah mobil sport terparkir di sana. Pengemudinya menurunkan kaca jendela dan menyapa Devon dengan kerdipan usil. Kakak Vely itu sungguh tidak berguna sekali. Untuk apa dia membawa Vely kemari?

"Pergilah," usir Devon. "Aku nggak punya waktu buat main sama kamu."

"Kenapa?" tanya Vely.

Devon belum sempat menjawab ketika Arya berlari tergopoh dari dalam gedung sambil memanggil namanya.

"Pak Devon!"

Devon berbalik dan melihat ekspresi panik Arya. "Ada apa?"

"Di proyek ada demo mogok kerja, Pak. Mereka mau bertemu Pak Devon sekarang," beritahu Arya.

Devon menghela napas. "Siapin mobil. Kita ke sana sekarang."

"Aku ikut!" seru Vely.

Devon menatap Vely tajam. "Aku ke sana bukan buat main."

"Oke," Vely mengalah dengan cepat. Namun, gadis itu menambahkan ancaman, "Kalau kamu pergi tanpa aku, aku akan nunggu di sini sampai kamu balik. Aku nggak akan makan sampai kamu datang. Kalau hujan, aku nggak akan berteduh kali ini. Menurut ramalan cuaca, hari ini akan hujan deras lagi."

Devon menghela napas. "Jangan buat masalah di sana. Situasinya bisa berbahaya, jadi dengerin kata-kataku," pesannya.

Vely tersenyum lebar dan mengangguk. Lalu, gadis itu mengaitkan tangan di lengan Devon. Devon mengernyit.

"Jangan dekat-dekat!" protes Devon.

"Aku suka gini. Soalnya aku bisa ngerasain kekhawatiranmu buat aku," jawab Vely riang.

The Crazy CEO (Crazy Series #1) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang