Shock
"Apa yang kamu lakuin sama Devon sampai dia kayak gitu?" tuntut mama Vely sambil berkacak pinggang dan menatap galak papa Vely.
Papa Vely berdehem. "Kami cuma ngobrol, Sayang. Tentang perusahaan dia. Aku bilang, aku akan bantuin dia di perusahaannya. Trus, aku nggak sengaja ngasih tahu dia tentang kemampuanku."
Sayang sekali, Vely tidak bisa melihat, itu kebohongan atau bukan. Saat ini, pikirannya benar-benar diblokir. Meski begitu, Vely menikmati menonton perdebatan orang tuanya sembari memakan potongan buah yang disiapkan Alena.
"Kamu benar-benar bersenang-senang," Alena berkomentar geli.
Vely nyengir lebar. Tentu saja. Ini salah satu momen favoritnya.
"Kamu nggak penasaran dengan keadaan bosmu?" tanya Alena.
"Sebenarnya, apa yang terjadi, Kak?" Vely balik bertanya. "Apa semua yang diucapin Papa itu benar?"
Alena tak menjawab.
Vely mendecakkan lidah frustrasi. "Kalau Kak Alena nggak mau ngasih tahu, seenggaknya jangan ngeblokir pikiranku!"
"Maaf, ini perintah doktermu," jawab Alena santai.
Vely mendengus sebal. Ia lalu menatap ke sofa di ruangan itu yang tadinya penuh, kini kosong.
"Dan di mana orang-orang itu?" singgung Vely.
"Orang-orang yang kamu sebut itu, maksudmu keluargamu?" Alena mendengus geli.
"Meski mereka nyebelin, tapi ya, mereka keluargaku," aku Vely, masih dengan sebal.
"Mama setuju sama kamu, Sayang," celetuk mama Vely yang berpindah ke sofa, meninggalkan perdebatan dengan papanya dengan kesal.
"Sayang, aku melakukan ini untuk Vely," bujuk papa Vely yang menyusul mamanya.
"Jangan percaya, Ma. Aku nggak bisa dengar pikiran Papa dan Kak Alena nggak mau ngasih tahu aku," lapor Vely.
Alena mendengus geli, sementara papa Vely berkomentar, "Vely Sayang, Papa akan senang banget kalau kamu nonton dengan tenang dan nggak manas-manasin mamamu."
"Kali ini aku di pihak Mama karena aku nggak bisa dengar atau lihat apa pun." Vely mengedik. "Tapi, omong-omong, Papa nyulik bosku ke mana?"
Papa Vely melotot menegur Vely. "Siapa yang nyulik dia? Papa justru ngerawat dia dengan baik. Lihat itu, di kamar dia sekarang ada Om Zane, Alex, bahkan Valent buat mastiin pikiran Devon aman. Ada Tante Athena juga. Yang lain juga ..."
"Itu Papa ngerawat atau menjarain dia? Kenapa masang banyak banget penjaga?" potong Vely. "Setelah Papa ngasih tahu rahasia keluarga kita ke dia, sekarang Papa bingung, kan? Gimana kalau nanti dia ngasih tahu orang lain."
"Papa nggak ngawatirin itu. Apa pun yang dia omongin, orang lain nggak akan percaya. Papa ngelakuin itu buat kamu," tegas papanya. "Meski sekarang kamu nggak bisa lihat dari pikiran orang lain, bukan berarti kamu bisa berpikiran buruk tentang orang lain, Sayang," tegurnya lembut.
"Ya, mau gimana lagi? Aku baru aja lihat pikiran orang-orang yang 'sebenarnya'," sarkas Vely.
Papanya menghela napas. "Papa ngelakuin itu biar kamu nggak ngerasa bersalah sama dia."
Vely mengerutkan kening.
"Itu bukan salahmu," ucap papanya. "Dia cuma shock."
Vely mendengus geli. "Aku tahu, Pa. Aku nggak ngerasa bersalah, kok. Toh dia kayak gitu bukan gara-gara aku, tapi gara-gara Papa," cibir Vely.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy CEO (Crazy Series #1) (End)
RomanceTerlahir sebagai bungsu Dirgantara, tak ada satu pria pun yang cukup berani untuk mendekati Vely. Mengingat keluarganya yang begitu overprotektif padanya. Sampai Devon muncul. Devon akan melakukan apa pun untuk menguasai perusahaan peninggalan pap...