Bab 13 - Yang Tertolak

1.1K 149 34
                                    

Yang Tertolak

Ketika Devon pamit pulang malam itu, Veryn yang duduk di samping ranjang pasien memanggilnya, menahannya.

"Kamu belum makan kan, dari tadi?" tanya wanita itu.

Devon menggeleng. "Saya ... terlalu panik tadi, jadi nggak kepikiran ..."

"Ya udah, makan bareng aja," ajak wanita itu. "Tante udah nyiapin makan malam."

Devon menatap orang-orang yang ada di ruangan itu. Makan malam ... bersama orang-orang ini?

"Atau, kamu mau makan malam berdua sama Vely aja?" Penawaran itu datang dari Valent yang duduk di sofa, tampak asyik dengan ponselnya.

"Jangan mimpi," seseorang menukas tajam. Alex. Pria itu juga duduk di sofa, tampak fokus dengan ponselnya ketika mengatakannya.

Devon berdehem.

"Kalian ini kenapa, sih? Jangan gangguin Devon lagi. Dia ini udah repot-repot bawa Vely ke rumah sakit sampai rapat pentingnya berantakan," mama Vely membela Devon.

"Siapa yang ngasih tahu itu ke Mama?" tanya Vely penasaran.

"Kak Alena," jawab Valent dengan nada kesal.

Devon menoleh pada wanita itu. Bagaimana dia bisa tahu? Apa ... dia juga mengirim mata-mata di kantor Devon?

"Posisi Devon di kantor sekarang juga sulit gara-gara itu," lanjut mama Vely.

Wah, orang-orang ini ... bisa-bisa mereka tahu semua yang ada di pikiran Devon.

"Aku pengen banget ngasih tahu dia," celetuk Valent.

Devon mengerutkan kening. Memberitahu apa?

"Valent." Mama Vely menatap putra sulungnya itu tajam.

Valent menatap mamanya sekilas dan mengangkat satu tangan. "Bercanda, Ma."

Veryn kemudian tersenyum pada Devon. "Ayo duduk. Tante ambilin dulu makan malamnya buat kamu."

Devon akhirnya terpaksa mengangguk. Namun, ia kemudian bingung hendak duduk di mana. Di ruangan VIP itu ada satu meja makan dengan empat kursi yang ketiga kursinya sudah terisi oleh para wanita, selain mama Vely yang duduk di samping ranjang. Bergabung dengan para wanita di meja makan sepertinya agak ...

Devon mengalihkan tatapan. Di sofa, ada Alex, Aries, dan Valent yang masing-masing asyik dengan ponsel, sementara Zane, Darrel, Leo, dan Zelo yang juga duduk di sofa, tampak membicarakan sesuatu dengan serius dengan suara pelan. Sudah tak ada tempat lagi di sana.

Seolah bisa membaca pikiran Devon, mama Vely kemudian berdiri dari kursinya. "Kamu di sini aja, temenin Vely makan di sini."

"Mama!" protes Vely.

Namun, mama Vely menegur putrinya, "Kamu udah bilang makasih belum sama Devon?"

Vely merengut, tapi tak lagi protes.

Mama Vely menghampiri Devon dan menggandengnya ke ranjang pasien. "Tolong kamu siapin meja makan buat Vely, ya?" pinta wanita itu sembari tersenyum.

Devon tak kuasa menolak dan melakukan seperti yang diminta mama Vely. Ia menata meja sambil sesekali melirik Vely. Namun, gadis itu hanya menatapnya datar. Setelah Devon selesai menata meja, mama Vely kembali membawa sepiring nasi dengan potongan ikan bersaus merah dan semangkuk bubur yang sepertinya dicampur sayuran dan daging.

"Yang ini buat Vely," mama Vely mendekatkan buburnya ke arah Vely, lalu memberikan piring nasinya pada Devon. "Yang ini buat Devon."

Devon tersenyum. "Makasih, Tante."

The Crazy CEO (Crazy Series #1) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang