11. Pasrah dan Menerima

8.1K 994 161
                                    







"Hyung, Gege aku pamit pulang duluan ya. Sampai jumpa besok." Haechan berpamitan pada Jungwoo dan Winwin sambil melambaikan tangannya.

"Hati-hati Chan. Jika ada apa-apa hubungi hyung atau Winwin Ge." Ucap Jungwoo.

Haechan tersenyum lantas mengangguk. "Nee hyung."

Haechan, Winwin, dan Jungwoo berpisah didepan Cafe. Arah pulang mereka berbeda.

Haechan kembali melanjutkan jalannya. Otaknya kembali memutar memori dimana kemarin malam Jaemin mengancamnya. Jaemin akan melakukan apapun bahkan membunuh orang sekalipun. Jika Haechan menolak maka Jaemin akan bertindak dan kemungkinan hyung nya akan terluka karena Jaemin. Haechan tidak ingin dijodohkan tetapi dirinya juga tidak ingin Taeyong mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.

Haechan menghela nafasnya. Beban yang ditanggungnya membuat dirinya lelah dan ingin menyerah. Sejak kecil hyungnya selalu melindungi dan menjaganya bahkan berkorban untuknya. Saat itu Haechan masih kecil dan tidak tau bagaimana cara membalas kebaikan sang kakak. Apakah ini saatnya dirinya membalas semua itu? Perusahaan yang dipimpin hyungnya berada diujung tanduk dan penentunya adalah dirinya. Keputusan ada ditangannya.

"Apa yang harus kulakukan." Lirih Haechan.

"Haechan!"

Haechan membalikkan tubuhnya saat mendengar suara seseorang memanggil namanya. Dirinya mengernyit bingung saat mendapati sang atasan berjalan kearahnya.

"Kau ingin pulang?"  Tanya Renjun.

Haechan tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Sang atasan menghampirinya dan bertanya padanya?

Merasa tidak ada tanggapan dari Haechan membuat Renjun menghembuskan nafas kasar lalu menepuk pundak Haechan sehingga sang empu tersadar dan menatap Renjun bingung.

"T-tuan bertanya pada saya?" Entah kenapa pertanyaan aneh itu keluar dari mulut Haechan dengan mulusnya.

"Memangnya disini ada siapa lagi selain dirimu dan aku?"

Haechan melihat sekelilingnya dan benar saja, hanya ada dirinya dan Renjun. Haechan tertawa pelan lalu mengusap tengkuknya. Ah kenapa dia jadi begini.

"Maafkan saya tuan. Saya kira tuan berbicara pada orang lain." Ucap Haechan.

"Lupakan itu. Kau ingin pulang?" Ulang Renjun, menanyakan pertanyaan yang sama.

"Iya tuan." Jawab Haechan.

"Jangan panggil aku tuan jika diluar pekerjaan. Panggil saja aku Renjun, kita berteman sekarang." Ucap Renjun sambil tersenyum tipis. Wah! Wah! Seorang Huang Renjun tersenyum walaupun tipis.

Haechan tidak mengerti maksud atasannya ini. Kenapa atasan ini ingin berteman dengannya? Dan kenapa atasannya ini menyuruhnya untuk memanggil nama saja? Bukankah kata karyawan Cafe lainnya, atasannya ini dingin dan cuek pada sekitar?

"Baiklah tu- maksud saya Renjun."

"Ingin pulang bersama? Kebetulan kita searah." Tawar Renjun.

Entah apa yang membuat Haechan menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan Renjun. Renjun tersenyum tipis lalu merangkul Haechan dan mengajaknya masuk kedalam mobilnya.

Selama diperjalanan mereka terhanyut dalam obrolan yang mengasikkan. Keduanya ternyata memiliki beberapa kesamaan. Contohnya saja dalam hal makanan dan pakaian serta hal-hal sederhana lainnya.

[ TRUE LOVE ]

Haechan melambaikan tangannya pada Renjun yang dibalas oleh sang empu. Keduanya saling melempar senyum.

True Love ||  [ Nahyuck/Renhyuck ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang