Semper Idem

1.9K 268 21
                                        





——📌——







Salah satu sifat Mark yang Jaemin sukai adalah dia tidak pernah berbohong. Pria bermarga Lee itu selalu berkata jujur tentang apapun; entah itu apa yang sedang ia pikirkan, rasakan, ataupun segala yang ia janjikan.


Mark mengatakan akan membawanya ke tempat di mana ia bisa melihat laut; tempat favoritnya.


Dan di sinilah mereka; mengendarai sepeda motor, membelah jalan berkelok tepat di sebelah pesisir pantai.


Aroma laut yang sangat khas menyapa indera penciuman, angin sejuknya membelai lembut permukaan kulit, meredamkan bara yang menyala di dalam jiwa. Nyanyian camar mengiringi serta, mengisi kekosongan dengan lantunan kesedihan lainnya.


"Babe!"


Jaemin memiringkan kepala, demi melongok ke depan untuk melihat wajah kekasihnya. "Ya??"


"Look!" Mark melepaskan pegangan pada kemudi sepeda motornya sejenak, menunjuk lurus ke arah cakrawala yang tengah meleburkan surya.


Matahari terbenam memang selalu indah, selalu menjadi moment yang tidak akan pernah Jaemin ingin lewatkan begitu saja.


Tetapi entah kenapa saat ini yang terasa hanya hampa?


Tidak ada romansa tentang cinta di lukisan yang tengah digoreskan oleh Tuhan. Tidak satupun rasa dari nuansa jingga yang tertoreh membawa kesan.


"Pretty, isn't it?!" seru Mark. Bisa Jaemin lihat kalau ia sedang mengulas senyum tampannya.


Alih-alih merespon, Jaemin hanya mengangguk kecil lalu menumpukan dagu di bahu Mark, helaan nafas panjang terlolos setelahnya.


Sekian menit menempuh perjalanan dengan kemegahan cahaya alam, keduanya kini sampai tepat di depan sebuah motel sederhana yang letaknya tidak jauh dari pinggir pantai.


Mark lekas menyimpan sepeda motornya di tempat yang sudah disediakan, lalu bergegas mengangkuti barang-barang bawaannya ke dalam dan langsung bercakap dengan salah satu petugas jaga di front office.


Sementara itu, Jaemin memilih menghabiskan waktu sedikit lama lagi untuk menikmati tarian angin laut yang mengacak surainya dengan lembut.


Sejenak, maniknya terperjam, membayangkan hal-hal indah yang dulu pernah ia lalukan bersama Mark ketika mereka berkunjung ke pantai. Membayangkan tentang canda, tawa, jejak kaki yang mereka buat di pasir basah, warna merah langit yang sedang mengganti jubahnya, dan juga—


"Babe?!"


Panggilan Mark merusak pita kaset kenangannya, ia menoleh, mendapati pria kesayangannya itu tengah berjalan cepat menghampiri dengan wajah yang terlihat sangat lelah.


"What are you doing?" tanya Mark.


Jaemin mengulas senyum tipis. "Nothing."


Mark melayangkan tatapan ke pembatas kaki langit yang kini sudah selesai dengan tugasnya; menenggelamkan surya dan menggiring gemintang untuk bertahta.


Nafasnya terhela panjang sekali, lalu tangannya terulur, menggapai jemari Jaemin dan menggenggamnya erat. "Ayo masuk."









——📌——









Jaemin menebarkan tatapannya ke sekeliling; mengamati kamar motel yang akan menjadi persinggahan sementaranya.


SOBER || MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang