Homo Sum Humani A Me Nihil Alienum Puto

656 108 78
                                    




——📌——









"Inspektur."


Ekspresi lelah Detektif Jang terlihat jelas di layar laptop Detektif Yoon pagi ini. Sepertinya, kesembilan nyawanya masih belum terkumpul tetapi ia memaksakan diri untuk terjaga demi menyampaikan warita.


"Kopi tanpa gula."


"Ye?"


Inspektur Park menyesap kopinya perlahan, di sebelahnya, Detektif Yoon menghela nafas panjang.


"Kau... buatlah secangkir kopi tanpa gula. Itu akan membuatmu terjaga seketika," ujar Inspektur Park seraya bersandar pada kursi tingginya.


"Buatlah. Aku akan menunggu senyampang mendownload video yang kau kirimkan," tambahnya sambil melirik download bar yang masih menunjukkan 57%.


Detektif Jang mengangguk dan lekas beranjak untuk membuat kopi. Usul yang bagus, karena ia baru saja pulang dari Jeonju sekitar pukul sebelas malam dan setelah itu ia masih harus mengisi laporan penyelidikan sampai pukul dua pagi.


Selang beberapa menit, Detektif Jang kembali muncul di layar dengan ekspresi yang lebih segar; ia menyempatkan diri mencuci wajahnya sebelum bersiap ke medan perang.


"Apa sudah finish, Detektif Yoon?" tanyanya seraya menyesap kopinya.


Detektif Yoon mengangguk cepat. "Kami sedang menontonnya sekarang."


Ada keheningan untuk beberapa menit selanjutnya, karena Inspektur Park dan Detektif Yoon sibuk menonton sesi wawancara Tuan Besar Na yang sepertinya sangat crucial untuk Inspektur Park.


"Jang Seungyeon," panggil Inspektur Park.


"Ya, Inspektur?"


"Kau sudah menanyakannya?"


Detektif Jang mengangguk seraya membuka buku catatannya. "Seperti yang Anda duga, Tuan Besar Na tidak menjawab pertanyaan itu. Anda bisa melihatnya di menit ke... dua puluh tiga."


Mendengarnya, Inspektur Park fast forwarding beberapa menit hingga ia sampai pada time stamp yang dikatakan oleh Detektif Jang. Ia juga mematikan volume suara; sengaja demi meneliti dengan jeli setiap gerakan Tuan Besar Na; bibir, mata, alis mata, tangan. Secara garis besar, seluruh gerakannya tanpa terkecuali.


"Dia gelisah," ucap Inspektur Park. "Dan sedikit marah."


"Ya, benar. Tuan Besar Na terlihat sedikit tersinggung saat saya menanyakan siapa orang ketujuh belas—"


"Apa kau berhasil mengoreknya dari Nyonya Kim?" potong Inspektur Park.


Detektif Jang mengulas senyum seraya mengangguk bangga. Ia kembali menundukkan kepala; membaca buku catatannya.


"Saya melakukan semua hal yang Anda sarankan. Dan benar, Nyonya Kim memang mangsa yang sangat mudah, Inspektur Park." Detektif Jang membalik halaman buku catatannya. "Dan seperti deduksi Anda, Inspektur. Orang ketujuh belas itu adalah"









SOBER || MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang