2

6.6K 278 3
                                    

Vote sebelum membaca
.
.
.
.
.
.
.

New York
11.30 AM

"Ash, apa yang harus aku lakukan?"
Yang ditanya hanya bisa terdiam sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Entahlah, mungkin kamu harus mencobanya dear." Jawab Ashley.

"Really? Jawaban kamu sangat tidak membantu." Freya memjamkan kedua matanya. Ia sangat tidak bisa menerima bahwa ia akan bertemu dengan calon suaminya malam ini. Yang ada dalam bayangan Freya adalah apakah calon suaminya seorang pria dewasa bertubuh buncit dan memiliki usia dua kali lipat dari umurnya? Ataukah calon suaminya nanti adalah seorang psikopat yang suka menyiksa wanita? Freya menangis membayangkan.

"Kak Delilah sangat beruntung bisa menikah dengan pria yang ia cintai." Gumamnya. Kakak Freya yang bernama Delilah Johnson memiliki umur tiga tahun lebih tua daripada Freya.

Ia sangat sebal kepada ayahnya. Kemarin, beliau memaksa untuk menikahkannya dengan seorang pria yang bahkan ia tidak tahu namanya siapa.

Ashley yang sedari tadi sibuk bermain ponsel langsung meletakkan benda itu diatas meja dan menatap Freya. "Mungkin sudah saatnya kamu move on from your Ex."

Freya hanya tersenyum masam. Ia masih sangat mencintai mantan pacarnya, Gabriel.

"Tapi aku masih sangat mencintainya, Ash."

"Ya, tapi dia lebih memilih wanita lain dibandingkan kamu." Sebenarnya Ashley tidak tega mengatakan hal itu kepada sahabatnya. Tetapi, Freya harus bisa move on dari pria brengsek itu.

Freya sangat kesal mengingat kejadian dua bulan yang lalu. Dimana saat ia dipermalukan oleh selingkuhan Gabriel. Rasanya Freya ingin membunuh penyihir itu.

"Kamu tahu alasan kenapa Tn. Harris Johnson yang terhormat menjodohkan kamu?"

"Perusahaan Ayah sedang berada di ujung tanduk. Dan Suami kak Delilah juga tidak bisa membantu banyak. Jalan satu-satunya adalah aku menikah dengan pria itu." Freya membuang napas dengan kesal.

Semua hanya tentang uang dan bisnis. Freya mengakui bahwa ayahnya sangat memiliki ambisius yang terlalu berlebihan. Ia bahkan tidak pernah memikirkan perasaan Freya, apakah ia bisa bahagia dengan perjodohan itu.

Ibu nya juga tidak bisa berbuat banyak, beliau terlalu mencintai ayahnya sehingga sang ibu hanya bisa menerima perintah dari ayah.

"Apakah Delilah tau soal perjodohan ini?" Tanya Ash dan Freya mengangguk. Kakaknya hanya menyetujui saja karena memang sedari kecil ia tidak pernah dekat dengan Delilah dan tentu saja tidak ada yang berani membantah Harris Johnson termasuk Freya.

Ashley menggengam kedua tangan Freya. "Kamu tahu soal mitos tentang perjodohan?"

Freya menggeleng lemah. "Hubungan yang berdasarkan perjodohan akan lebih bahagia dari yang kamu pikirkan."

"Bagaimana aku bisa bahagia, Ash. Sampai detik ini aku hanya mencintai Gabriel. Bagaimana aku akan bahagia dengan perjodohan itu." Mata Freya berkaca-kaca.

Ashley memeluk Freya dengan erat. Sahabatnya sudah cukup menderita semasa hidupnya secara batin. Walaupun Freya berasal dari keluarga kolongmerat, tetapi wanita itu tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua dan kakaknya. Mereka selalu sibuk dengan bisnis, uang dan urusan lainnya seakan-akan Freya tidak ada dalam dunia ini. Ashley telah menjadi saksi dalam kehidupan Freya sejak 20 tahun yang lalu. Mereka sudah menjadi sahabat sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Freya melepaskan pelukan Ashley dan menarik napas dalam. "Baiklah, aku akan mencoba."

****

Freya duduk di depan meja rias sambil menatap penampilannya. Hanya riasan wajah yang tipis dengan gaun berwarna hitam selutut.

Jam sudah menunjukkan waktu jam tujuh malam. Sepuluh menit lagi, ia bersama dengan ayah dan ibunya akan berangkat menuju restaurant bintang lima. Tempat dimana ia akan bertemu dengan calon suaminya.

Freya mengambil sebuah bingkai foto berukuran kecil yang ada di atas meja rias. Sebuah bingkai yang menunjukkan foto wajah dirinya bersama Gabriel.  Ia mengelus foto itu dengan pelan.

Mereka bahkan sudah berpacaran selama tiga tahun, tetapi semua itu tidak ada artinya bagi Gabriel. Hanya demi seorang wanita lain ia berani mengkhianati Freya dengan sekejap.

Tok...tok...tok...

"Masuk." Teriak Freya pelan.

Seorang wanita dengan pakaian glamor serta riasan wajah sedikit tebal perlahan mendekati Freya. Ia bisa melihat dari pantulan cermin seseorang yang sangat ia kenal.

Delilah tampak cantik dengan gaun seksi selutut berwarna merah. "Ayah dan Ibu sudah siap."

Freya menatap Delilah dari pantulan cermin itu. Ekspresi kakaknya sangat datar, ciri khas seorang Delilah.

"Kakak setuju dengan perjodohan ini?" Tanya Freya dengan suara serak.

"Kami tidak punya pilihan lain." Jawaban yang sangat santai.

Freya tertawa sinis. "Kalian tidak pernah peduli dengan diriku."

Delilah tersenyum sinis. "Ayah menjodohkan kamu agar perusahaan bisa selamat. Dan jika perusahaan selamat, maka hidup dan karir kamu juga akan selamat. Harusnya kamu berterima kasih kepada Ayah."

Freya berdiri dari kursi dan berbalik menatap Delilah. "Sebenarnya aku tidak peduli dengan perjodohan ini. Yang aku pedulikan adalah mengapa keluaga aku sendiri menganggap aku seperti orang asing." Mata Freya mulai berkaca-kaca.

Delilah hanya terdiam, ini pertama kalinya Freya sangat berani berucap seperti itu. "Aku tidak ingin ada pertengkaran. Turunlah segera, jangan membuat Ayah menunggu."

Tanpa berucap lagi, Delilah berbalik dan meninggalkan kamar ini. Freya langsung menutup kedua wajah karena tidak sanggup membendung air matanya. Sudah 27 tahun ia hidup dan ia masih tidak mengerti apa yang terjadi dalam keluarga mereka.

Sekali lagi, Delilah sangat beruntung karena telah menjadi anak kebanggaan Ayah dan Ibu. Sedangkan dirinya, hanya dianggap sebagai orang asing.

Freya menarik napas dan segera memperbaiki riasan wajahnya. Ia harus kuat karena ia tidak memiliki pilihan lain.

Setelah bersiap-siap, ia segera kekuar dari kamar dan langsung menuju ke mobil dimana keluarganya sudah duduk dengan tenang menunggunya.

"Kenapa lama sekali, Freya? Kita akan telat." Oceh sang Ibu, Maya Johnson.

Freya berbalik dan hanya menatap Ibunya sambil tersenyum palsu. Ia duduk di depan di samping supir pribadi ayahnya, sedangkan orang tuanya duduk di belakang.

Delilah bersama dengan suaminya, David Mandez berada di mobil lain menyusul mereka.

"Bersikap baiklah dengan calon suami kamu." Ucap Harris dengan tegas.

Sedangkan Freya hanya diam sambil tersenyum pahit. Yang ada dipikiran Harris hanya uang dan uang.

"Bolehkah aku tahu dengan siapa aku dijodohkan?" Tanyanya dengan datar.

"Kamu belum memberitahunya, dear?" Tanya Maya dengan nada manja. Ia salut dengan ibunya yang bisa menghadapi sang Ayah yang selalu terlihat dingin kepada siapapun termasuk Maya.

"Lihat saja nanti." Cuek Harris.

Mata Freya memanas lagi, ia harus kuat karena ia merasa dengan perjodohan ini ia bisa membalas kebaikan ayahnya yang selama ini membiayai seluruh kehidupannya. Setelah ia bisa menerima dan menikah nanti, Freya tidak akan bergantung kepada Harris lagi.

TBC
.
.
.

Wahh, maaf yah slow update. Semoga kalian suka dengab part yang masih awal ini heheh.

Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini ke teman kalian yah.

Selamat membaca!😊











Complicated Heart (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang