"Bicara tentang hati, sebenarnya dia itu ambigu."
🌻
"Menurut lo kalau suka sama orang lebih baik dipendam atau mengungkapkan?"
Yang ditanya seketika membuka mata setelah tadi memejamkan matanya lamat sembari menikmati bagaimana bau tubuh dari cewek yang berada dalam pelukan. Sebuah senyum kemudian hadir dengan tatapan lembut yang membuat siapa pun jadi salah tingkah dan salah sangka. Beberapa detik setelah pertanyaan itu mengudara, Gian masih menutup mulutnya sebab terlalu terpesona dengan Nara yang hanya berjarak beberapa senti darinya ini.
Menghela napas, cowok itu kemudian menjawab dengan suara pelan. "Kalau gue lebih baik mengungkapkan, sih. Seenggaknya gue tahu harus nyerah atau tetap berjuang sama perasaan gue."
Sekarang sudah pukul tiga malam dan mereka masih belum tidur untuk mengistirahatkan tubuh yang lelah. Entahlah, barangkali mereka terlalu hanyut pada suasana hening dan juga tenang yang hadir di malam ini. Sedangkan rembulan bersinar terang dan mengintip lewat celah gorden yang tersibak angin. Kota Bengkulu malam ini terasa begitu sempurna untuk dihabiskan dengan obrolan berisi.
Nara lantas mencebikkan bibir, pun mengangguk-angguk pelan. "Tapi, kenapa banyak orang kayak yang maksain kehendak gitu dan nggak sedikit juga yang nggak bisa nerima penolakan?" tanyanya kemudian.
Gian kemudian menghela napas dan mengeratkan pelukannya sembari membubuhkan kecupan pada pucuk kepala cewek ith. "Karena itu adalah sifat manusia," jawabnya. "Mereka yang nggak bisa nerima kenyataan dan maksain sesuatu buat selalu berjalan sesuai kehendaknya dia," lanjut cowok itu.
Nara terdiam, seketika langsung mengiyakan tatkala dia ingat bahwa beberapa kejadian di masa lalu memang membawanya pada kebenaran atas apa yang baru saja Gian katakan. Manusia itu unik. Diversity. Mungkin tidak bisa disamaratakan atau dikumpulkan dalam kotak yang sama. Namun beberapa dari mereka barangkali terlahir sebagai individu dengan beberapa pola pikir yang sama. Maka tidak aneh kalau Nara bertemu dengan pribadi yang tidak jauh beda.
Gian kembali menarik dirinya dan mengecup belah bibir yang memerah itu, pun menukas. "Bicara tentang hati, sebenarnya dia itu ambigu."
Keduanya kemudian terdiam dan terhanyut dalam pelukan hangat itu. Tubuh telanjang mereka yang lengket karena keringat diabaikan. Nara juga menyukai bagaimana harum tubuh alami milik Gian yang bersatu bersama hangatnya suhu tubuh itu. Sementara Gian tengah mencari tempat untuk membuang semua rindu dan sesak yang kembali berdatangan.
Berpelukan setelah bercinta adalah kegiatan favorit dari seseorang yang ada di masa lalu Gian.
Tatkala terlintas akan sebuah ide jahil lainnya, Gian menjauhkan kembali wajahnya dan menatap cewek itu. "Kenapa lo tiba-tiba nanya beginian, hm?"
Cewek itu seketika kelabakan, pun mendorong tubuh Gian walaupun berakhir sia-sia. "Nggak tahu, tiba-tiba muncul di dalam kepala aja. Kenapa? Nggak boleh nanya begituan?" ujarnya sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua
Romance[M] Nara dan Gian bertemu dalam keadaan sedang sama-sama patah hati. Inginnya saling menyembuhkan, lalu membuat perjanjian untuk saling memanfaatkan sebagai pelarian. Namun pada akhirnya, mereka menyadari bahwa mereka seharusnya sembuh dengan semest...