Ocean

198 16 0
                                    

"Sama kayak lautan, ada banyak sisi yang belum dijamah sama manusia. Lo itu kayak gitu, Ian."

🌻

Hari berlalu, jarum pada jam terus berdenting. Semua hal buruk dan baik silih berganti. Bengkulu mendadak memberikan begitu banyak kisah yang cukup mengguncang di akhir tahun, padahal sejak awal tahun sudah diberikan begitu banyak kabar menyedihkan. Seperti dunia benar-benar tidak mau mengakhiri tahun ini dengan sebuah kisah manis yang membuat bahagia.

Minyak mendadak langka, antrean panjang memenuhi bahu jalan pada setiap pom bensin di setiap sudut kota. Harga perlahan melonjak naik, sedangkan badai menghalangi para nelayan untuk melaut dan ikan mendadak jadi begitu mahal di pasaran. Kebakaran, banjir, dan jangan lupakan dengan masalah-masalah lainnya yang memenuhi laman utama pada media massa.

Namun satu tahun ini, Nara merasa bahwa dunia berjalan terlalu cepat. Rasanya baru kemarin dia menjadi penghuni kosan ini, bertemu dengan tiga cowok yang sifatnya begitu periang dan membuatnya merasa nyaman di pertemuan pertama mereka. Sebelum akhirnya malah dipertemukan dengan sosok yang berhasil menjadi bagian dari hidupnya yang menyedihkan.

Malam ini, malam minggu. Jalanan di luar sana terdengar begitu berisik, tetapi tidak juga membuat macet. Sedangkan Nara hanya ingin berdiam diri di dalam kosan, memakai masker agar wajahnya tidak terlihat kusam, ponselnya yang sengaja dimatikan, dan film Attack On Titan yang terlihat menghiasi layar laptopnya sementara dirinya terlihat berbaring di atas ranjang.

Lantas saat dia sedang sibuk menganggumi sosok Levi yang terlihat begitu keren pada setiap adegan di episode-episode season ketiga yang dia tonton ini, malah dibuat terkejut dengan kehadiran Gian yang entah sejak kapan sudah ada di ambang pintu kamar milik Nara yang memang sengaja dia buka agar membiarkan sirkulasi udaranya jadi berjalan dengan baik setelah seharian ditutup karena dia bekerja.

"Lo lagi apa?" tanya cowok itu.

Nara terbangun dengan wajah kesalnya, lantas mendengus. "Lagi bikin cake, nih. Lo mau?" jawabnya sarkas.

Melihat si cewek jadi kesal, Gian malah masuk dan merebahkan diri di belakang tubuh Nara yang masih duduk bersila kaki di atas ranjang. Cewek itu ingin memprotes, tetapi lidahnya mendadak jadi kelu tatkala tangan Gian tiba-tiba saja memeluk perutnya. Nara menahan napas untuk beberapa saat, tayangan anime di depan mata mendadak jadi tidak menarik lagi.

"Astaga, baru nonton. Orang-orang udah pada basah lo baru nyebur," ejek cowok itu.

Nara kemudian mendelik, lantas memukul kening cowok itu sampai dia mengaduh kesakitan dengan desisan kencang. "Bisa diem, nggak?"

Keduanya kemudian terdiam. Gian pikir Nara sedang sibuk melihat anime di layar laptop, padahal kenyataannya cewek itu sedang menahan diri agar tidak memperdengarkan detak jantungnya yang mendadak berdetak begitu kencang. Sejak tadi Nara berusaha keras agar tidak menarik dirinya dan memperlihatkan bahwa ada jutaan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya dan membuat kedua pipinya jadi memanas.

Sampai akhirnya episode yang ditayangkan tadi habis dan Gian kembali mendongak bertanya padanya. "Lo suka sama siapa di Attack On Titan?"

"Of course Levi," jawab Nara cepat dengan senyum lebar yang terpatri pada wajahnya.

Gian kemudian berdecih, lantas menjawab. "Too common," yang sukses membuat Nara mendelik ke arahnya dan cowok itu malah kembali melanjutkan, "Nanti Levi bakalan ngelawan Zeek sendirian, Na. Jangan ditonton episode itu, nggak seru."

DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang