"Why we have to be stranger, just because I loved you once?"
🌻
Apa yang lebih menyakitkan ketimbang sakit pinggang, karena tidak melakukan apa-apa sehariah? Jawabannya tidak ada. Sakit pinggang karena rebahan adalah rasa sakit paling absolut dari rasa sakit apa pun yang pernah dialami. Pokoknya tidak ada duanya. Sakitnya bahkan bertambah berkali-kali lipat kalau tiba-tiba saja perut keroncongan karena kelaparan, sementara di dapur hanya ada mie instan yang tergeletak di dalam lemari. Tentu saja, ini cuma kosan di mana mereka itu sesama anak rantau yang jauh dari orangtua.
Setelah tadi pagi terjaga dan langsung heboh dengan drama hilangnya Ujang, Gian langsung berlalu pergi ke kamar. Tentu saja tujuannya adalah bermain gim, sementara keinginan untuk cover lagu seperti yang dia janjikan belum juga dia realisasikan. Intinya, walaupun ada niat kalau tidak ada keinginan untuk mulai bergerak maka niat hanya akan menjadi omong kosong. Buktinya Gian, dia malah lebih suka bermain gim ketimbang menghibur para pengikutnya dengan suara yang katanya merdu itu.
Sudah berapa lama ya, sejak lagu terakhir dia unggah? Entahlah. Dia saja lupa kapan.
Nara sudah berangkat ke kantor setelah tadi heboh sendiri pergi ke rumah temannya bersama dengan Agus untuk menjemput Ujang, sementara Gian sibuk menangis di ruang tamu. Sementara kedua temannya yang lain yang tentu saja tidak pengangguran juga sudah berkutat dengan pekerjaan mereka. Satu manusia yang kelihatannya menganggur, tetapi banyak uang sudah ada di kamar untuk mengerjakan buku barunya. Sedangkan sang adik sekarang sedang berada di luar, katanya ada urusan dengan sanggar tari yang dia latih.
"Gue mau ngajarin adek-adek gemes buat lomba nari di Jogja. Doain, ya? Semoga mereka menang dan gue bisa jadi guru sanggar yang terverifikasi!"
Begitulah setidaknya kalimat dengan ekspresi sombong milik Hero yang dia perlihatkan pada dua temannya yang tentu saja hanya bisa mendengus kesal di kamar kosan. Agus bahkan menahan diri agar tidak melempar cowok itu dengan mini figure Iron Man milik Gian, kalau saja dia lupa berapa harga benda menyebalkan itu.
Lantas tepat satu jam setelah Agus terlelap di atas ranjang kasur milik Gian yang tidak bisa tidur karena suara ngorok Agus yang kencang setengah mampus, cowok itu mendapatkan telepon dari Adin. Gian langsung bangun, sedikit merutuk karena tadi baru saja mau nonton Dora The Explore di youtube supaya menambah kesal harinya yang kelam.
"Hallo, Gi?" ujar Adin tatkala Gian menjawab panggilannya.
Mendengus tatkala mendengar dengukar keras dari Agus, cowok itu kemudian menjawab. "Iya, Ayuk? Kenapa?"
"Kamu di mana?"
Seketika Gian meremat dadanya yang sakit. Rasanya seperti baru saja mendengar bunyi 'nyes' begitu. Tidak terlalu kuat, tidak pula terlalu kecil. Cukup jelas untuk didengar dan dirasakan oleh pengangguran yang tiba-tiba ditanya di mana posisinya sekarang.
"Ayuk lagi ngejek Gian atau apa, nih?" tanya Gian dengan alis naik sebelah.
Adin seketika tertawa terbahak-bahak, pun membalas. "Ketus banget, sih. Ayuk nanya doang padahal."
"Ya, di kosan. Emang pengangguran kayak Gian sesibuk apa sampai nggak ada di kosan?" ujar Gian sembari menghela napas dan diakhiri dengan sebuah pertanyaan.
"Hati-hati kamu, Gi. Pengangguran banyak duit nanti dikira bisnis haram," katanya.
"Ya, emang. Gian di sini melihara baby ngepot," balas Gian sambil menatap ke arah Agus, lalu kembali bertanya. "Kenapa, Ayuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua
Romance[M] Nara dan Gian bertemu dalam keadaan sedang sama-sama patah hati. Inginnya saling menyembuhkan, lalu membuat perjanjian untuk saling memanfaatkan sebagai pelarian. Namun pada akhirnya, mereka menyadari bahwa mereka seharusnya sembuh dengan semest...