Anak Senja

377 24 0
                                    

"Kalau kata anak indie itu, yang nyempurnain indahnya senja adalah lo sama kopi pahit. Dua kombinasi sempurna antara pahit dan juga manis."

🌻

Siang ini nampak cantik dengan langit biru yang membentang luas seperti kertas canvas yang tak berbatas. Awan bergumpal seperti gula-gula kapas yang ada di pasar malam atau di acara Tabot untuk memperingati sepuluh muharram. Burung-burung bernyanyi riang di atas ranting pohon, sementara Ujang yang sejak tadi menatap Gian yang menggeliatkan tubuhnya lantas berteriak seolah mengerti caranya meminta makan.

Cowok yang kerja apa saja asal dapat uang untuk beli makan dan rokok itu memang jarang sekali bangun pagi, makanya dia tak pernah bertemu dengan Nara secara personal. Hanya beberapa kali, itu pun tak saling menyapa karena sifat dinginnya cewek itu dan malu-malunya Gian. Padahal sudah cukup lama bertetangga, tapi jarang sekali bersosialisasi. Kosan mereka juga diisi oleh cowok-cowok sifatnya seperti kelelawar; malam terjaga dan siangnya tertidur.

Mengulas senyum sambil menggumamkan nama Ujang, cowok itu lantas kembali berlalu masuk ke dalam kamar kosnya untuk mengambil makanan milik burung itu. Pagi ini Gian disambut dengan cuaca yang sangat bagus, suasana hati yang bagus, dan juga Ujang yang semakin pintar bernyanyi. Setelah meletakkan makanan ke tempat makan milik Ujang, Gian lantas menolehkan kepalanya ke arah pintu kosan sebelah tepat di mana kamar Nara berada.

Di kosan mereka ini, kamar pertama, ada Rio; Pegawai Bank. Si perfeksionis yang selalu ngomel kalau melihat kamar mereka berantakan dan bau, sebab memang dia itu cowok paling pembersih setelah Gian. Kamar kedua, ada Deri yang bekerja sebagai polisi. Baru selesai pendidikan sebulan yang lalu dan ditugaskan di Polres Bengkulu. Keren, tapi masih kerenan Gian walaupun pengangguran begitu.

Lalu, kamar ketiga diisi oleh Ben dan Hero. Mereka kakak beradik. Ben itu sudah kepala tiga, harusnya sudah menikah, tetapi masih saja bermesraan dengan kasur. Sementara Hero itu baru lulus beberapa minggu yang lalu, kemudian memilih untuk ikut sang kakak sekalian mencari pekerjaan. Lulusan universitas swasta di Jakarta. Suka banget sama fashion. Lulusan designer, yang kalau kata Ben itu tukang jahit.

Sementara kamar keempat itu milik Agus, sahabat dari SMA Gian yang kembali bersatu setelah tamat kuliah. Gian tamatan Jogja, tepatnya UGM prodi Seni Rupa. Sementara Agus itu tamatan Universitas Bengkulu, jurusan Ilmu Komunikasi. Udah lama, udah dua tahun yang lalu. Sekarang udah umur seperempat abad, tetapi belum juga bertemu pekerjaan yang pas di hati. Lantas yang kelima itu milik Gian, lalu yang terakhir tentu saja milik cewek dingin yang tidak ada satu pun yang berani mendekat.

Pintunya terlihat terbuka dengan suara lagu yang terdengar melantun pelan lewat speaker hp. Gian kemudian melangkahkan kaki, berjalan pelan sembari menoleh ke belakang takut-takut kalau Agus tiba-tiba sudah bangun di siang yang indah ini dan malah merusak suasana hatinya. Walaupun memang kemungkinan Agus bangun siang ini kecil, sih. Karena semalaman suntuk dia bermain gim dan tidur di subuh tadi.

Hal pertama yang Gian lihat dari kamar cewek ini adalah rapi dan juga tertata dengan sangat baik. Dinding dengan wallpaper berwarna biru langit, serta beberapa furniture ala-ala anak aesthetic yang ada di Pinterest. Cantik, sama seperti orangnya. Gian yang memang tidak suka melihat sesuatu yang berantakan seperti kamarnya Agus tentu saja merasa senang, bahkan tanpa sadar sudah tersenyum lebar melihatnya.

Sembari menyandarkan tubuhnya pada daun pintu yang terbuka, Gian lantas melempar tanya. "Lo cuti, 'kan?"

Cewek itu kemudian tersentak kaget, bahkan kuas yang seperti kuas lukis yang digunakan untuk mengoles cairan berwarna hijau pada wajah Nara terlepas dari genggaman. Kedua manik mata cewek itu bahkan terlihat melebar dengan rahang yang nyaris terjatuh. Menghela napas sembari menahan diri untuk tidak melempar cowok itu dengan gunting yang ada di dekatnya, Nara hanya melampiaskan semuanya dengan gerutuan.

DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang