"Seorang pebisnis tersohor, pemilik label perusahaan ternama Korea yang sebelumnya berada di Jepang. Dikabarkan akan pulang ke Korea bersama istrinya pada..."
Tanpa peduli panas atau tidak, ia menyeruput mie instannya begitu cepat hingga menimbulkan bunyi yang mengganggu bagi beberapa orang. Tumitnya bergoyang tak beritmis dan matanya gelisah melirik jam dinding berulang. Setelahnya, ia mengecek pintu apartemen-- mengharapkan kedatangan bocah tak tau sopan santun yang sedari tadi telah ditunggunya, lanjut menyimak berita orang-orang High class yang tengah memampang ketenaran mereka di TV. Terus berulang seperti itu. Fisiknya memang berada di depan TV, tapi mentalnya tidak. Ia menaksir-naksir kemana laki-laki itu pergi pagi-pagi buta begini, tanpa memberitaunya.
"Setibanya pagi ini di Bandara Internasional Incheon, Seoul. Wartawan berbondong-bondong hendak mengambil kesempatan untuk mewawancarai kedua..."
Sejak membuka mata pagi tadi, Bang Chan sudah tak menemukan batang hidung Hyunjin. Kala mengintip kamar Hyunjin, kasurnya masih dalam keadaan rapi. Tidak ada lipatan di sprei dan selimutnya masih terlipat di pinggir ranjang, artinya Hyunjin tidak tidur di kamarnya semalam. Padahal Bang Chan melihat dengan mata kepalanya sendiri tubuh jangkung Hyunjin memasuki kamarnya setelah mabar bersamanya sampai jam sebelas-an.
Mustahil 'kan kalau Hyunjin tiba-tiba menyusup keluar subuh-subuh? Untuk apa? Kejar-kejaran dengan tikus? Mencari balon merah? Jalan-jalan di selokan? Menculik anak-anak bersama Pennywise? Menyelamatkan dunia dengan Superman? Berkencan dengan seseorang di bawah pohon beringin? Maksud "seseorang" di sini, bukan secara literal, okey?
Bang Chan sudah siapkan sekantung sambal di dapur. Saat Hyunjin kembali nanti, ia pasti akan semprotkan saus itu ke matanya. Terserah kalau terlalu sadis, atau Hyunjin akan kehilangan penglihatannya sekalipun.
Memang Bang Chan sedikit berlebihan, namun ini hanya bentuk kepeduliannya. Ia memang keras pada Hyunjin dan suka menjadikannya babu. Hyunjin memang mengesalkan, biadab, tidak bisa diandalkan, bodoh, sering merusak sesuatu, emosian, dikit-dikit mengeluh, tidak punya bakat apapun selain rebahan. Barang begitu, Bang Chan dan Hyunjin punya hubungan sama eratnya seperti saudara. Badan Hyunjin boleh besar, mungkin sebentar lagi lebih dari Bang Chan. Namun, pikirannya masih sama dengan Yeji, kekanakan. Mau tau rahasia? Sampai sekarang Hyunjin masih menonton Masha And The Bear, tiap minggunya. Kontras, ya 'kan? Melihat orang cacat mental sepertinya, Bang Chan tentu punya rasa simpati dan kemanusiaan yang mendorongnya untuk mengutamakan bocah penganut lagu Tayo The Little Bus, yakni Hyunjin.
"Beberapa orang menilai kepulangan mereka ke Korea, hanya sebagai rencana kabur atau peralihan isu yang tengah marak-maraknya dibicarakan di Jepang, serta di Korea sendiri. Isu ini berkaitan dengan sang istri, perihal kemunculan serta masa lalunya. Netizen beranggapan..."
Cklek
Entah Tuhan sedang berempatik atau bagaimana, pintu apart terbuka. Spontanitas, Bang Chan berdiri dari kursinya. Ia langsung menujamkan tatapan penuh harap sekaligus gelisah. Kala melihat perawakan orang yang ditunggunya tadi, tak ayal rasa lega bertamu di hati, tentu saja dibarengi kekesalan pula. Ia mengobservasi seluruh penampilan Hyunjin, pakaian serba hitam dari bawah hingga atas, bahkan kaus kakinya saja hitam. Masker dengan warna senada, dipadu padankan dengan topi hitam yang tersembunyi di bawah tudung jaket. Tertutup sekali. Mungkin Bang Chan akan mengira dia pencuri jika bukan karena rambut pink eksentriknya yang menyembul dari topi.
"Dari mana kau?!" Tanpa memberi waktu bagi Hyunjin untuk sekedar menutup pintu, Bang Chan sudah lebih dulu meluncurkan pertanyaan penuh intimidasinya. Ia meletakkan cup ramyeon-nya ke meja, dan terus membayangi arah tubuh Hyunjin berpindah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO • Kang Taehyun
Фанфик[COMPLETED] (A Fantastic Cover By : @alcoholnight) Di usia 17-nya, Han Yora harus melepaskan segala cita-cita dan kegembiraan masa mudanya di kala takdir memaksanya tunduk. Pasrah adalah satu-satunya hal yang bisa Yora lakukan sewaktu ayahnya menin...