"Hah..."
Ia menengadah menghadap plafon kusamnya sejenak. Mengedip secara berkala, dengan tangan yang merayap memijati pangkal hidung.
Dirasakannya desau angin menerbangkan untaian rambutnya melalui jendela yang sengaja dibuka guna memasok udara. Larik kejinggaan yang merambat mengenai meja terpantul hingga menambah pencahayaan ruang. Suara roda kendaraan yang seakan tak pernah absen di jalanan menjadi backsound pengendap sepi, beriringan dengan denting jam jadul di samping lubang ventilasi.
Usai melepaskan satu uap lelah ke udara, ia menukar arah pandangnya. Berganti melamati vas bunga bercorak khas era Joseon dengan bunga yang masih menguncup bersinggasana di dalam. Sempat meraba-raba lantai beralaskan karpet, sebelum kembali meraih buku setebal 655 halaman yang benar-benar mengusik mata serta pikiran.
Siapapun penulis buku ini akan masuk dalam blacklist Doyeon. Untuk apa susah payah menjabarkan materi mengenai ilmu terapan perilaku dan fungsi mental manusia sepanjang ini? Buang-buang kertas saja. Belum termasuk glosarium, daftar bab, kata pengantar, keterangan penulis dan editor, hingga cover-nya. Jangan lupa duplikatnya yang disebarluaskan ke seluruh jajaran pendidikan. Sekurang-kurangnya, ada satu batang pohon yang dikorbankan untuk membuat belasan eksemplar yang sama persis. Hanya belasan, bayangkan jika ada ribuan buku berlembar sama banyak. Berapa banyak pohon yang bertumpah darah? Mungkin... Puluhan? Ratusan? Selahanan? Sungguh pemborosan. Doyeon yakin kebanyakan orang akan memilih membaca Hansel & Gratel sepuluh kali secara berulang, ketimbang membaca seluruh isi buku pengetahuan ini.
Doyeon kembali meneruskan kencannya dengan laptop yang sempat ditinggal. Menghembus lirih, sebelum mendaratkan seluruh jarinya ke atas keyboard. Sudah 4 lembar kerja yang diketiknya, namun seruan selesai belum juga dapat ia kumandangkan. Habisnya, ia masih harus membuat rangkuman dua bab lagi. Ya, dua bab.
Inilah alasan Doyeon menyelengi setiap detiknya dengan gerutuan. Tangannya sudah pegal harus mengetik sejak lama, lehernya terasa kaku, matanya memerah sekaligus berair, laptopnya juga mulai panas akibat dinyalakan terlalu lama. Seandainya Yoojung mau memberi sedikit contekan, Doyeon pasti tak perlu bergelung selama ini. Entah ada apa dengan Yoojung, ia jadi sangat pelit belakangan ini. Mungkin ngambek karena Doyeon tidak mengenalkan siapa pria yang mendatanginya di universitas beberapa hari lalu-- Hwang Hyunjin. Dia menganggap Doyeon melangkahi aturan persahabatan mereka. Yakni, saling mengenalkan pria tampan yang dikenal satu sama lain. Nyeleneh sekali 'kan? Padahal setau Doyeon, saling memberi contekan antar Doyeon dan Yoojunglah yang dimaknai sebagai 'persahabatan'. Tidak ada aturan konyol lainnya selain hal itu.
Sekarang Doyeon harus menunggu paling tidak seminggu, sampai Yoojung bersedia berbagi jawaban lagi dengannya. Ini semua karena Hyunjin. Seandainya ia tak muncul tiba-tiba, pasti sekarang Doyeon sudah lepas dari buku tebal serta laptopnya.
Hyunjin memang tak sepenuhnya salah, namun Doyeon ingin tetap melempar masalah ini padanya. Jangan tanya kenapa, Doyeon hanya punya dendam kesumat terhadap pria berambut merah muda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO • Kang Taehyun
Fanfic[COMPLETED] (A Fantastic Cover By : @alcoholnight) Di usia 17-nya, Han Yora harus melepaskan segala cita-cita dan kegembiraan masa mudanya di kala takdir memaksanya tunduk. Pasrah adalah satu-satunya hal yang bisa Yora lakukan sewaktu ayahnya menin...