Bus yang mereka kendarai baru saja berhenti di halte. Setelah pintu terbuka, ia merapatkan jaketnya dan menapakkan sepatunya pada trotoar basah. Lensa matanya menerawang sekitar, lantas menunggu seorang pria yang sedari tadi menamaninya ikut turun dari bus. Dilihatnya laki-laki berkaki jenjang itu berjalan mendahuluinya tanpa mengucapkan satupun alfabet.
Perempuan yang saat ini sudah masuk usia dua puluhannya itu mempercepat langkahnya guna mensejajarkan posisinya dengan Hwang Hyunjin. Sembari melangkah menjauhi halte yang merupakan pemberhentian mereka tadi, Doyeon me-review kawasan sekitarnya.
Langit sudah agak redup mengingat matahari sudah tenggelam sedari tadi dengan menyisakan bercak jingga. Meski lingkupnya penuh dengan perumahan yang berdempet, Doyeon tak melihat adanya gerombolan warga yang berkumpul di jalanan. Nuansanya sepi, ada beberapa rumah yang lampunya tak menyala dan terlihat seperti ditinggalkan pemiliknya. Ukuran jalannya juga tak seberapa lebar, namun cukup mulus dan tak berlubang-lubang.
Mereka berbelok memasuki jalan menanjak. Doyeon memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, diliriknya Hyunjin dari ekor matanya. Pria itu tak menyuarakan banyak hal semenjak mereka memasuki bus hingga kini tiba di daerah rumah ayahnya.
Ini aneh. Pria itu sudah sekitar semingguan ini tak menampakkan batang hidungnya tanpa memberikan penjelasan pasti. Tak ada hujan, tak ada angin, ia tahu-tahu menelepon Doyeon di saat yang tak terduga. Tentu saja Doyeon terkejut, terutama setelah pria itu menjelaskan bahwa alasannya menelepon adalah untuk mengajak pergi ke suatu tempat-- rumah ayahnya.
Setelah Doyeon menyatakan ingin ikut, Hyunjin dengan gercep menjemputnya di halte dekat rumah sakit untuk berangkat bersama. Karena ketiba-tibaan itu, Doyeon mesti mencari alasan bagus untuk memberitahu Yoojung bahwa ia punya kepentingan lain-- yakni Hyunjin. Padahal Yoojung sudah membuat rencana pulang dan menyantap tteokbokki bersama di tengah jalan.
Yoojung sampai men-cap Doyeon telah menomorduakan persahabatan sejati antar keduanya hanya karena sudah memiliki gebetan. Doyeon bisa muntah memikirkan betapa dramatis dan hiperbolanya Yoojung. Jika Yoojung benar-benar sahabat sejati Doyeon, seharusnya ia tak mempermasalahkan kalau Doyeon pergi dengan seorang pria. Toh, ia dan Yoojung hampir bertemu setiap hari, dan bisa kapan saja makan tteokbokki bersama. Dasar sahabat laknat.
Syukur saja Doyeon berhasil membujuknya dengan menawarkan selusin masker wajah secara cuma-cuma. Kesepakatan yang Doyeon tawarkan memang akan membuat dompetnya krisis keuangan, tapi itulah cara terbaik agar Yoojung tak kesal berujung saling diam-diaman. 'Kan sangat disayangkan kalau Doyeon kehilangan babu andalannya.
Doyeon sudah minta izin pada neneknya untuk pulang sedikit terlambat karena akan pergi ke suatu tempat. Neneknya sempat tak memperbolehkan, mungkin ia khawatir cucunya kenapa-kenapa kalau keluyuran malam-malam. Di saat begini, neneknya pasti akan memperlakukannya Doyeon selayaknya ia masih anak kecil. Akan tetapi, neneknya tak lagi berkutik sehabis Doyeon jelaskan kalau ia pergi dengan Hyunjin.
Malahan, ia menyuruh Doyeon untuk pergi lebih lama seakan percaya kalau Doyeon bersama orang yang baik. Doyeon bahkan belum jelaskan secara terperinci kemana ia akan pergi bersama seorang pria, saat hari mulai menjelang malam pula. Tapi neneknya sudah mengiyakan tanpa menaruh rasa curiga ataupun wanti-wantian. Doyeon tak habis pikir, tapi untunglah. Setidaknya ia bisa memperoleh izin tanpa perlu ditanya-tanyai panjang-lebar.
"Kenapa tiba-tiba?" Doyeon membuka suaranya pertama, menyudahi keheningan antaranya dengan Hyunjin. "Kenapa tiba-tiba ke rumahmu, maksudku... Rumah ayahmu lagi?"
Merekonstruksi ulang, Doyeon masih ingat samar-samar saat pertama kali ia ke rumah ayah Hyunjin, peristiwanya sudah berlalu sebulan atau dua bulan yang lalu. Jika bukan karena Doyeon yang mendorong Hyunjin saat itu, mungkin pria itu tak akan mau untuk mengambil pilihan itu. Sebelumnya, tujuan Hyunjin untuk datang berkaitan dengan keberadaan ibunya. Mungkin itu juga yang melandasi inisiatifnya kali ini 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO • Kang Taehyun
Fanfic[COMPLETED] (A Fantastic Cover By : @alcoholnight) Di usia 17-nya, Han Yora harus melepaskan segala cita-cita dan kegembiraan masa mudanya di kala takdir memaksanya tunduk. Pasrah adalah satu-satunya hal yang bisa Yora lakukan sewaktu ayahnya menin...