"Pagi..."
Ia menoleh ke arah tangga sangkala mendengar sapaan hangat bernada datar, matanya langsung bertubrukan pada objek indah yang meniti tangga sambil memasukan sebelah telapak tangannya pada saku. Menarik seutas senyum, ia menuangkan air panas dalam termos guna menyeduhkan secangkir teh, sambil sesekali melirik si tokoh.
Kesayuan matanya cukup sebagai penjelasan bahwa ia baru saja bangun dari hibernasi panjang. Lengan bajunya secara sengaja disingsing sebatas sikut, dan kerah kausnya terlihat sedikit basah–– mungkin habis mencuci wajah. Hampir tiap hari Yora mengawali kesibukannya dengan melihat wajah si figur. Namun, tetap saja tak ada rasa bosan yang bertandang. Seakan, ia adalah vitamin sehari-harinya Yora. Ini hanya paradigma Yora saja, Taehyun terlihat semakin tampan belakangan ini–– terutama setelah mengganti warna rambutnya. Surai merah miliknya telah mengalami banyak metamorfosis. Mulai dari merah terang, atau mungkin pink, sulit membedakannya. Lalu berubah merah gelap, merah dengan sedikit warna kehitaman yang artinya mulai memudar, sampai sekarang. Blonde. Perubahan yang sangat signifikan.
Yora tak tau atas dasar atau dorongan apa Taehyun mengganti warna rambutnya. Mendikte Taehyun, katanya itu perintah Yeonjun. Beberapa hari lalu, ada rapat yang seharusnya dihadiri oleh Taehyun. Namun ia malah menyerahkannya pada Yeonjun. Apa Yeonjun marah? Ya, tentu. Tak kaleng-kaleng, ia mengancam akan memberitaukan kelakuan Taehyun pada orang tuanya. Menjadi sahabat bertahun-tahun, sudah menjelaskan apa Yeonjun dekat atau tidak dengan keluarga Taehyun. Guna terbebas dari ancaman Yeonjun, Taehyun terpaksa mengganti warna rambutnya sesuai dengan apa yang Yeonjun pilih. Katanya sih... Benar atau tidak, hanya Taehyun yang tau. Yeonjun juga mungkin. Seharusnya perintah konyol ini dimaksudkan sebagai suatu tebusan, namun di mata Yora hukuman ini malah terlihat seperti level up pada visual Taehyun.
Sepertinya mewarnai rambut memang hal yang trendy di saat ini. Sekalipun bukan kemauannya sendiri, tapi Yora tak akan berbohong. Blonde sangat cocok untuk Taehyun. Ia terlihat seperti pria dengan darah blasteran yang tidak duniawi. Lebih mudahnya begini, 50% bule, 30% Jepang, sisanya Korea. Tunggu, tunggu, Yora lupa menghitung presentase untuk unsur Tiongkoknya. Asia juga belum, lalu sedikit Eropa, Prancis, Jerman, Indone–– Stop! Kita membahas kadar ketampanan Taehyun, bukan nama-nama negara.
Apa Yora terlalu nge-fans pada Taehyun, atau memang itulah faktanya? Masa bodohlah. Mau disidang dengan segala cara tidak akan bisa, mengaku saja. Taehyun tampan. Entah dengan rambut pastel bak lampu hias, warna gelap layaknya bata merah, atau hitam biasa. Setuju? Jika iya, angkat tangan dan tekan bintang di pojok. Jika tidak, angkat standar kalian.
Maaf.
Oke, fokus. Sampai di mana tadi?
Taehyun menarik kursi pantry, kemudian menyagak pipinya dengan satu tangan. Yora langsung menyambutnya dengan secangkir teh hangat yang baru saja diseduhnya tadi. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia membalik tubuhnya dan mengambil sepiring buah apel yang telah terkupas rapi. Memindahkan lokasinya ke hadapan Taehyun, sebagai peneman sehat bersama teh hangat. Taehyun tak kunjung berbicara, bahkan sampai Yora kembali sibuk pada kompor dan wortel yang belum selesai diiris.
Hari ini Minggu, hari di mana seluruh orang punya 24 jam untuk dihabiskan sebebas-bebasnya. Berlaku pula untuk Taehyun dan Yora. Biasanya ia akan sibuk menemani Taehyun bertemu partner bisnis. Nampaknya sekarang Taehyun memberinya sedikit kesenggangan. Maka dari itu, Yora bisa memanfaatkan paginya di dapur dengan santai seraya menyiapkan sarapan untuk Taehyun–– rutinitas harian.
Omong-omong, kalian ingat pekerjaan sampingan Yora? Sebelum mengenal Taehyun? Tentu saja selain kantoran, menjadi koki pribadi, gandengan tangan saat pertemuan di luar kantor, atau sekedar menjadi patung yang melihati setiap kerjaan Taehyun. Bingo, kafe dan toko laundry.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO • Kang Taehyun
Fanfic[COMPLETED] (A Fantastic Cover By : @alcoholnight) Di usia 17-nya, Han Yora harus melepaskan segala cita-cita dan kegembiraan masa mudanya di kala takdir memaksanya tunduk. Pasrah adalah satu-satunya hal yang bisa Yora lakukan sewaktu ayahnya menin...