Mata sayunya menerawang ke luar jendela, membiarkan lamunannya mengembara mengekori butiran salju yang dengan bebasnya menerbangkan diri sebelum jatuh ke atas tanah. Jendela yang memantulkan refleksinya sedikit tertutup embun, namun ia masih bisa melihat sedikit penampakan kolam renang yang ada di bagian samping rumah.
Air dalam kolam renang itu tak dikuras, sehingga beberapa bagian dari permukaan air nampak membeku. Indah, terlebih lagi dengan timbunan salju yang berada di tepi kolam renang. Jendela besar di ruang tengah ini memang sengaja tak ia tutup dengan tirai, ia menemukan rasa tenang tersendiri dengan memandang keluar.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, dersik hembusan angin kencang di luar sana yang menembus tembok rumah kokoh ini menggantikan berisiknya serangga-serangga nokturnal yang biasanya menjadi bintang utama di malam hari. Yora tengah berada di ruang tengah, berdiri mematri di depan jendela sembari memandang keluar. Kedua netra dengan bulu mata lentiknya memperhatikan objek asal, membiarkan sunyi meraja-rela di tengah pikirannya yang bising. Bahu yang biasa tegar kini merosot lemas ke bawah, seakan menyerah pada segenap beban yang terus menimpanya secara beruntun.
Ia menyibak lengan piyamanya hingga sebatas siku, mengusap pelan perpotongan antar lengannya yang tertutup plester. Pandangannya kian sendu, kembali mengingat semua yang terjadi hari ini. Rasa pusing mulai menggerayanginya, beriringan dengan sedikit pedih yang timbul ketika tak sengaja menekan terlalu keras bekas luka itu. Wajahnya pucat dan lengannya terasa sedikit lemas, mungkin efek dari pengambilan sampel darah tadi.
Yora baru saja selesai membersihkan diri dan mandi beberapa menit yang lalu, setelahnya ia memilih merenung untuk mengisi waktu. Tubuhnya sendiri sedikit lelah, ia belum mengistirahatkan diri semenjak jam kantor berakhir tadi. Namun Yora tak bisa tidur, terlalu banyak hal yang ia pikirkan, terlalu banyak alasan yang menahan matanya untuk terpejam. Energi fisiknya terkuras habis dengan seluruh aktivitasnya di hari ini, kini gantian daya pikir otaknya yang perlu diforsir untuk bekerja.
Topik yang paling banyak mendominasi pikiran Yora saat ini ialah Hwang Hyunjin. Diingat lagi, Hyunjin memanglah seorang yang sedikit dingin dan kasar-- dulu. Yora punya banyak kenangan dan kejadian buruk dengannya, teramat buruk dan menyakitkan. Namun setelah banyaknya hal-hal yang mengubah pandangannya pada Hyunjin, kini Yora tahu pria itu juga masih manusia yang punya sekelibat masalah.
Orang bilang, seseorang yang dingin dan emosian mungkin sebenarnya adalah seorang yang baik bak malaikat. Hanya saja beberapa faktor yang menyakitinya secara verbal juga fisik dapat mengubah temperamen seseorang menjadi berbeda jauh dengan dirinya yang asli. Mungkin itu pula yang terjadi pada Hyunjin.
Yora masih memikirkan latar belakang keluarga Hyunjin yang tadi diceritakannya ketika keduanya berbincang di kafetaria rumah sakit. Meski sudah mengetahui tentang Hyunjin yang lahir sebagai anak di luar nikah, ditinggalkan, dan tak pernah bertemu dengan ibu kandungnya, Yora yakin masih ada masalah-masalah lain di dalam kehidupan Hyunjin yang tak ia ceritakan.
Hyunjin bilang, ia mencoba untuk mencaritahu identitas ibu kandungnya. Yora tak tahu bagaimana Hyunjin bisa berpikiran kalau ibu kandungnya ialah wanita yang santer dibicarakan saat ini, Julia Kim-- orang yang pernah Yora panggil ibu dulu. Hyunjin tak menjelaskan dengan terperinci seperti apa caranya mendapatkan hipotesis ini. Sejak kapan dan apa saja yang bisa dijadikan bukti pun tak Hyunjin jabarkan. Tak mungkin 'kan Hyunjin hanya menebak-nebak?
Namun jika berkaca dari beberapa hari yang lalu, Hyunjin juga sempat menanyai Yora perihal Julia Kim sewaktu ia datang untuk melunasi hutangnya. Mungkin saja saat itu Hyunjin sudah memiliki anggapan kalau Julia Kim adalah ibu kandungnya, karenanya ia mencoba bertanya pada Yora. Akan tetapi, Yora sampai sekarang masih bertanya-tanya bagaimana Hyunjin bisa tahu kalau Yora punya hubungan dengan Julia Kim waktu itu. Jujur saja, ini cukup gila dan mencurigakan. Yora tiba-tiba ditarik ke dalam teka-teki yang berkaitan pula dengan hidup Hwang Hyunjin-- seseorang yang tak dapat dikatakan dekat dengannya. Ragu? Oh, jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO • Kang Taehyun
Fiksi Penggemar[COMPLETED] (A Fantastic Cover By : @alcoholnight) Di usia 17-nya, Han Yora harus melepaskan segala cita-cita dan kegembiraan masa mudanya di kala takdir memaksanya tunduk. Pasrah adalah satu-satunya hal yang bisa Yora lakukan sewaktu ayahnya menin...