Hangat terasa begitu kentara. Malam terpenuhi sepi hingga denting jam terdengar begitu jelas. Langit begitu tenang dengan taburan bintang. Sorot lampu mobil kadang kala mampu menembus celah dari tirai. Ia menggeliat kecil dari balik gerayangan selimut. Perlahan dua kelopak mata itu terbuka bersamaan dengan erangan pelan dari belah bibirnya. Yora mendudukan diri di ranjang empuknya. Matanya mengedar ke sekitar, perlahan kedua tungkainya bergerak turun dari kasur dengan sedikit enggan.
Ini masih jam 1 subuh, terlalu awal untuk bangun dari tidur. Tak perlu ditanyakan, Yora pasti masih lelah. Terbangun di tengah malam saat masih lelah tentu sangat menyebalkan bagi beberapa orang, demikian pula Yora. Ia masih ingin bersemedi di pulau mimpi. Sayangnya, tenggorokannya terasa begitu kering. Yora lupa mengisi botol air yang biasa dibawanya ke dalam kamar. Mau tak mau, ia harus mengambil minum di dapur. Setelahnya ia baru akan melanjutkan mimpi indahnya. Seandainya Yora punya kemampuan untuk mengambil barang tanpa perlu bergerak, ia pasti masih terlelap dengan nyamannya di kasur. Tunggu, kenapa halusinasi Yora jadi sangat liar? Mungkin karena ia baru bangun tidur.
Yora membuka pintu kamarnya sambil mengusap pelan kedua matanya. Seusai menutup pintu, Yora melangkah ke ruang tengah dengan sedikit sempoyongan. Seperti biasa, kondisi lantai bawah seratus persen hening. Lampu sudah dipadamkan dan seluruh jendela sudah ditutup rapat.
Eits, tunggu. Kenapa ada salah satu jendela yang terbuka? Perasaan Yora sudah mengecek seluruh jendela sebelum tidur. Apa seseorang membukanya? Taehyun mungkin? Tidak, pria itu tak mungkin bangun tengah malam begini. Kalaupun iya, untuk apa? Berbincang dengan hantu?
Spekulasi-spekulasi menyeramkan mulai berkelabat. Siapa tau ada sesuatu yang bukan dari dunia ini tengah berusaha menunjukkan eksistensinya. Tidak mungkin, ini pasti hanya kelalaian semata. Tak perlu dibawa panik. Inilah salah satu alasan kenapa Yora tak suka terbangun saat tengah malam, pikirannya sangat mudah melantur.
Yora mengurungkan niatnya ke dapur, ia berjalan mendekati jendela dengan tirai terbuka itu. Mengesampingkan rasa takut, Yora mengulurkan tangan hendak menutupnya.
"Jangan ditutup, biarkan saja"
Yora tersentak sampai memekik kecil, tangannya reflek melepas ujung tirai dan beralih menepuk dada pelan. Masih terkaget, Yora melayangkan pandangannya pada sesosok pria yang tengah duduk bersender menghadap ke taman dengan kaki yang diluruskan serta tangan yang dibawa menutup wajah. Sontak kernyitan muncul di pelipis Yora.
"Taehyun-ah? Sedang apa di sini? Tengah malam? Dalam gelap?" Tak luput dari nada kaget, Yora langsung menghujani Taehyun dengan pertanyaan-pertanyaan curiga.
Bayangkan saja, ini masih jam 1 subuh. Untuk apa Taehyun lesehan di sofa ruang tengah jam segini? Di sekitar tubuh Taehyun, Yora tak menemukan jejak kertas ataupun pena. Yang artinya, Taehyun bergadang bukan karena urusan kantor. Mungkin, ia tidak bisa tidur? AC kamarnya tidak bisa menyala? Terganggu oleh sesuatu? Atau... Entahlah.
"Bagaimana denganmu? Kenapa bangun jam segini?" Taehyun balik bertanya masih belum bergerak dari posisinya.
Yora sempat terdiam prihatin. Entah hanya perasaannya saja atau Yora hanya keliru, tapi suara Taehyun terdengar parau, berat, nan lesu. Tak ada lagi nada dingin maupun angkuh khas miliknya. Di mata Yora, ia terlihat seperti orang yang sedikit frustasi. Mungkin sesuatu sedang menggangu pikirannya? Apapun alasannya, Taehyun terlihat tak sebaik biasanya.
"Aku... Mau" Yora menjeda ucapannya sebentar. Melihat kemunculan tak terduga Taehyun, mampu membuat Yora melupkan tujuan utamanya keluar dari kamar. "Ah! Aku mau minum" Pekiknya setelah terdiam sebentar.
"Kalau begitu minum saja"
"Bagaimana denganmu? Apa ada yang kau perlukan? Apa aku harus buatkan sesuatu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO • Kang Taehyun
Fiksi Penggemar[COMPLETED] (A Fantastic Cover By : @alcoholnight) Di usia 17-nya, Han Yora harus melepaskan segala cita-cita dan kegembiraan masa mudanya di kala takdir memaksanya tunduk. Pasrah adalah satu-satunya hal yang bisa Yora lakukan sewaktu ayahnya menin...