Gadis itu melangkahkan kakinya perlahan-lahan. Ia sudah sering memasuki tempat ini, namun kali ini rasanya canggung. Ia masuk dengan status berbeda, dan tujuan yang tak lagi sama. Alih-alih menenteng tas kerjanya, ia malah menyeret sebuah koper berwarna hitam. Keraguan masih menganggunya. Matanya mengedar kesana-kemari, masih berusaha meyakinkan diri bahwa ini bukanlah mimpi.
Ia suka rumah ini, rumah dengan tatanan yang nyaman dan unik. Namun, ia tak pernah memikirkan ia akan tinggal di sini. Ia tak tau apa pilihan yang diambilnya ini sudah tepat, atau malah tidak.
Sekali ia memantapkan diri menyetujui ini, mungkin jalan kembali tak akan datang dengan cepat. Apa yang akan terjadi seterusnya antara "Aku" dan "Kamu" mungkin saja akan berubah menjadi... Istilah lain. Dan ia harus mengusahakan agar batas itu tetap ada.
"Serumah"
Artinya berada di atap yang sama dengan orang lain. Dengan demikian, tak menutup kemungkinan adanya interaksi lebih di antara keduanya.
"Ingin melindungi"
Alasan konyol yang mampu meruntuhkan dinding pembatas, sekaligus membangun keintiman. Dari sekian banyak cara, hanya itu yang bisa pria itu tawarkan. Dan dari sekian cara untuk menolak, Yora malah memilih cara terpraktis. Setuju.
Yora masih tak percaya, mulai detik ini, ia akan bangun di sini, mandi di sini, makan di sini, berangkat bekerja dari sini, pulang kerja ke sini, dan beristirahat di sini. Memikirkannya saja sudah membuat Yora merasa pusing. Belum lagi ia tak sendiri di sini. Ia bersama Taehyun.
Gila? Sangat, sangat, sangat gila.
Entah siapa yang paling gila. Taehyun yang meminta Yora tinggal di sini, atau Yora yang berhasil terbujuk hanya karena janji serta kalimat Taehyun. Sepertinya keduanya sama saja.
Taehyun benar-benar tak main-main perihal ucapannya. Selepas menghabiskan 2 porsi tambahan Bulgogi, Taehyun langsung membawa Yora ke rumahnya. Ia meminta Yora untuk membawa pakaian dan benda-benda lain yang ia butuhkan.
Yap, Yora mengemasi seleuruh bajunya dalam beberapa jam saja. Ia tak ingin Taehyun menunggu terlalu lama, lagipula ini sudah cukup larut. Ia melakukannya dengan terburu-buru, bahkan Yora tak yakin ia sudah membawa cukup baju. Di rumahnya tak ada banyak hal berharga yang perlu dibawa, hingga Yora hanya memerlukan satu koper sedang saja.
Ini hanya akan berlangsung sementara. Hanya sampai Taehyun yakin bahwa hal sama tak akan terulang. Bisa dibilang, tujuan Yora tinggal di sini adalah untuk berlindung sementara.
Tak lupa Yora mengajukan sebuah syarat, yakni meski serumah, Yora dan Taehyun akan tetap berstatus dan bersikap seperti atasan dan bawahan. Tak lebih.
"Duduk"
Yora terperanjat, titahan Taehyun meretakkan segala pemikirannya. Ia lantas melepas pegangan pada koper dan duduk di sofa ruang tengah. Matanya mengekori pergerakan Taehyun. Taehyun mengambil sebuah kotak kecil di laci dari lemari di sudut ruangan. Seusainya, ia menghampiri Yora dan duduk tepat di sampingnya. Ia kemudian mengeluarkan perban dan obat merah.
"Tangan"
Yora mengerjap bingung, namun ia tetap mengulurkan tangannya.
Setelahnya Taehyun mengenggamnya lembut. Ia kemudian melepas perban yang membaluti lengan Yora perlahan. Pergerakannya berhenti kala melihat lukannya yang jauh lebih besar dari dugaan, bahkan tak sepenuhnya kering.
Ia menyempatkan diri meniup pelan lukanya, dengan tujuan menyingkirkan debu. Selanjutnya, ia menyapukan obat merah perlahan-lahan tepat pada luka Yora.
Yora tersenyum tipis, mungkin ini pertama kalinya seorang pria memperlakukannya seperti ini– setelah ayahnya. Yora senang, senang diperlakukan selembut ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO • Kang Taehyun
Fanfic[COMPLETED] (A Fantastic Cover By : @alcoholnight) Di usia 17-nya, Han Yora harus melepaskan segala cita-cita dan kegembiraan masa mudanya di kala takdir memaksanya tunduk. Pasrah adalah satu-satunya hal yang bisa Yora lakukan sewaktu ayahnya menin...