42. Wrong Way

773 101 98
                                    

Cklek

"Habis darimana kau?"

Ia menghempaskan bahunya setibanya dalam apartemen. Tak langsung menjawab, ia lebih dulu berjalan ke arah dapur dan menuangkan air mineral ke dalam gelas, kemudian menenggaknya untuk membasahi tenggorokan. Merasa kerongkongannya tak lagi kering, barulah Hyunjin memindahkan kakinya ke ruang tengah.

Ia melemparkan tubuhnya ke sofa tunggal depan TV, tak jauh dari Bang Chan yang menjadi cicak di sofa lebar seraya memegang remote di salah satu tangannya. Selimut yang menggelung badannya sudah jadi bukti kalau Bang Chan sangat menikmati keseharian rebahannya.

"Kemana kau semalam? Disembunyikan kuntilanak?"

Hyunjin mendengus mendengar tebakan asal Bang Chan. Bang Chan sepertinya kebanyakan nonton On The Spot. Matanya mengedar ke arah jendela, menyaksikan endapan salju tipis yang menutupi kusen jendela apartemen dari luar.

"Menginap di tempat Yeji" Jawabnya selepas mengambil satu Doritos yang terbuka lebar kemasannya di atas meja. Semalam, Hyunjin datang ke bar Yeji-- adiknya. Ia memutuskan untuk sekalian numpang tidur saja dengan Yeji lantaran terlalu larut untuk pulang. Yeji awalnya tak mengizinkan, tapi Hyunjin paksa-paksa hingga akhirnya diperbolehkan tinggal dan baru kembali lagi ke apartemen pagi ini.

"Kebiasaan tak mengajakku dulu"

Hyunjin merotasikan matanya. Ia lupa untuk memberitahukan Bang Chan. Sekalipun ingat, Hyunjin juga tak akan mengajak Bang Chan ikut. Jahat, tapi Hyunjin tak peduli sama sekali. Lagian Bang Chan tak punya kerjaan apapun kalau ia ikut, palingan hanya akan mengganggu Yeji saja.

Hyunjin sudah cukup mewakili Bang Chan kok, ia telah menguras kesabaran adiknya setiap datang. Kasihan Yeji kalau ketambahan pengetes emosi lainnya, yakni Bang Chan. Alasan kedua, kalau Bang Chan ikut, artinya Hyunjin tak bisa sebebas-bebasnya numpang curhat dengan Yeji mengenai seberapa galaknya Bang Chan sehari-hari.

Ini masih pukul enam pagi, tapi Bang Chan sudah berleseh di sofa seperti tak punya dosa dengan bungkus cemilan di dekatnya. Perilaku Bang Chan mengingatkan Hyunjin dengan Doyeon. Sudah bukan hal biasa lagi bagi Hyunjin melihat perempuan itu yang menempel estetik di sofa seraya menghias-hias kukunya dengan stiker-stiker alay. Kata Nenek Kim, sikap Doyeon memang seperti itu. Sofa adalah bagian dari separuh hidupnya, Doyeon kerap berucap seperti itu pada Hyunjin.

Kira-kira bagaimana kabar perempuan itu ya? Mungkin saat ini Doyeon sedang malas-malasan bangun dan bersiap ke rumah sakit tengah kota untuk praktek kerja lapangannya. Sepertinya sudah nyaris sebulan perempuan itu sibuk dengan kegiatan kuliahannya, Hyunjin pun tak begitu leluasa untuk menemui Doyeon di saat kapanpun. Bodoh Hyunjin memikirkannya padahal terakhir mereka bertemu adalah semalam, saat Hyunjin mengantar Doyeon ke gedung apartemennya. Belum genap 24 jam.

Hyunjin menggelengkan kepalanya sendiri, mengusir jauh gambaran Doyeon yang mendominasi otaknya. Entah apa yang terjadi sampai Hyunjin bisa tiba-tiba menautkan segala peristiwa kecil dengan Doyeon. Otaknya pasti sudah terkontaminasi tingkah no jaim-jaim oleh perempuan itu. Ayo sadar Hwang Hyunjin.

"Kemarin aku ke rumah ayahku"

"Apa? Untuk? Apa yang kau lakukan di sana? Kenapa tak memberitahuku dulu?"

Hyunjin menumpukan tempurung kepalanya ke sandaran, ia mendongak menatap plafon menguning dan menyisir rambutnya. Kemarin Hyunjin membawa Doyeon ikut dengannya menuju rumah ayahnya. Entah Hyunjin masih layak atau tidak memanggil pria itu 'Ayah', mengingat kesepakatan keduanya untuk hidup tanpa keterikatan dalam unsur apapun-- memang sudah begitu untuk beberapa tahun belakang.

Hyunjin sudah menguak beberapa hal yang setidaknya ia rasa penting dari ayahnya, meski tak semua mau ayahnya ungkap. Pada akhir perbincangan bersitegang antara Hyunjin dan ayahnya, kedua belah pihak sudah membuat perjanjian yang entah merupakan mutualisme atau parasitisme.

My CEO • Kang Taehyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang