Ia melirik ruang konseling Dokter Park melalui pintu kaca yang terletak persis di samping kursi yang ia duduki. Di dalam sana, Dokter Park tengah duduk muka ke muka dengan salah seorang kliennya yang datang untuk terapi rutinan. Ruang konselingnya sebenarnya cukup sederhana. Hanya sebuah ruang berdinding krem polos dengan dua sofa bertekstur nyaman dan furnitur sederhana yang dipasang secukupnya. Sedikit membosankan, namun itu cukup bagus untuk memfokuskan pasien yang tengah ditangani. Doyeon pernah masuk ke sana, tapi tak pernah berlama-lama. Dari yang Doyeon baca melalui formulir di clipboard dalam pegangannya, klien yang saat ini ditangani Dokter Park mengidap Agoraphobia. Bahasa umumnya, takut keramaian. Penyakit yang cukup sering ditemukan. Sesuai dengan namanya, pengidap Agoraphobia sangat takut pada lingkungan yang ramai dan sifatnya terbuka. Beberapa tak mau keluar dari rumah bila tidak ditemani oleh orang yang dirasa akrab. Penyakit ini tak bisa disembuhkan, namun bisa dirawat dengan psikoterapi atau prosedur penanganan yang biasanya tidak melibatkan obat-obatan.
Untuk memberi rasa nyaman terhadap klien Dokter Park. Doyeon dan Yoojung-- budak setia Dokter Park-- diharuskan menunggu di luar tanpa membuat kebisingan. Jadilah mereka duduk di kursi besi di koridor, sembari menunggu Dokter Park menyelesaikan terapinya. Keseharian Doyeon di sini hanya begini-begini saja. Kalau tak menemani Dokter Park keliling rumah sakit, berarti menemani Kak Eunha bersama anak-anak atau lansia. Terdengar simple, aslinya melelahkan bagi tubuh kukang Doyeon. Doyeon sering iri dengan teman-teman sefakultasnya yang sama-sama melakukan praktek. Mereka mendapat pembimbing serta bagian pekerjaan yang terhitung mudah. Sedangkan Doyeon seperti dimasukkan ke dalam akademi militer. Baru seminggu lebih ia melalui hari-harinya dengan rumah sakit, masih beberapa bulan lagi agar ia bisa lepas dari kegiatan melelahkan. Belum lagi harus merancang skripsi setelahnya. Masa yang sangat padat.
"Yoojung-ah..." Doyeon mencolek bahu teman sebayanya yang tengah duduk di sampingnya. Yoojung mengangkat alisnya, menanyakan apa yang ingin Doyeon bicarakan. Mumpung Dokter Park tengah sibuk di dalam ruangan, Doyeon dan Yoojung punya waktu kosong setidaknya sampai setengah jam lagi. "Aku mau bercerita, tentang--"
"Tentang pria tampan itu? Orang yang kau suka?"
PLAK
Doyeon menggunakan papan klip yang ada di pangkuannya untuk menggeplak kepala Yoojung. Doyeon tak tahu kenapa ia melakukannya, ia selalu termakan emosi bila Yoojung sudah asal ceplas-ceplos begini. Doyeon jelas tahu siapa pria yang barusan disebut Yoojung, dan bisa dibilang kalau tebakan Yoojung benar. Doyeon memang mau membahas tentang pria itu-- Hwang Hyunjin. Namun, Doyeon tak suka Yoojung main menyimpulkan kalau Hyunjin adalah pria yang Doyeon suka. Sungguh, Doyeon akan marah bila Yoojung terus memberi cap semacam itu terhadapnya. Hanya karena membicarakan, bukan berarti punya ketertarikan. Yoojung harus berhenti berprsangka sekehendak hatinya. Semenjak mengetahui tentang Hyunjin, Yoojung selalu menilai Hyunjin sebagai seseorang yang hendak Doyeon kejar. Istilah gaulnya, gebetan. Padahal, sangat-sangat tidak benar. Sekali lagi ditekankan, Doyeon tak suka Hyunjin, atau siapapun yang lainnya. Suka dengan seseorang itu bukan sesuatu yang bisa terjadi dalam dua detik. Bedakan suka, cinta, atau hanya sekedar tertarik. Bedanya tipis, namun dampaknya besar. Yoojung memang sahabat orok Doyeon, tapi dia pun tak mesti mengatur atau memaksa Doyeon dalam hubungannya dengan orang lain.
"Coba bilang begitu lagi, kupastikan ginjalmu akan berakhir di tangan psikopat" Gertak Doyeon dengan muka serius bercampur muak. Yoojung tak takut sama sekali, ia mengendikkan dagunya mengejek sekaligus menantang Doyeon. Yoojung tahu itu hanya ancaman belaka yang tak akan mungkin Doyeon praktikkan. Yoojung bukan anak kecil yang akan kejang-kejang dengan ultimatum seperti itu.
"Jadi, kenapa kau dan pria itu? Apa ada kejadian-kejadian spesial yang terjadi di antar kalian?" Tanya Yoojung memilih untuk fokus pada tujuan utama. Ia melipat tangannya di dada, menyandarkan punggungnya, dan menatap temannya yang tengah memainkan clipboard di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO • Kang Taehyun
Fiksi Penggemar[COMPLETED] (A Fantastic Cover By : @alcoholnight) Di usia 17-nya, Han Yora harus melepaskan segala cita-cita dan kegembiraan masa mudanya di kala takdir memaksanya tunduk. Pasrah adalah satu-satunya hal yang bisa Yora lakukan sewaktu ayahnya menin...