5 : FUTURE PAST

1.3K 148 44
                                    

Nathan melirik benda persegi panjang yang tidak ada suara sejak pagi tadi. Sudah tiga hari Nathan dan Rissa tidak berkomunikasi.

Iya sih, biasanya mereka juga tidak sering mengirim pesan atau menanyakan kabar. Tapi karena terakhir kali mereka bertengkar, Nathan jadi lebih banyak memikirkan perempuan yang sampai kini belum resmi menjadi kekasihnya itu.

"Pak?"

Nathan mendongak dan mendapati sekertarisnya berdiri di depan pintu dengan tumpukan map di tangannya.

"Saya udah ketuk pintu berkali-kali tapi bapak ga jawab. Maaf kalau saya lancang masuk ke ruangan bapak" ucap Yara.

Nathan menegakkan duduknya "Iya gapapa, masuk aja. Tadi saya ga denger"

Yara masuk ke dalam ruangan Nathan dan memberikan tumpukan map itu padanya.

"Ini hasil rapat kerja sama kita dengan perusahaan milik Pak Revan dua hari yang lalu. Yang ini laporan bulanan bulan ini. Dan yang ini—" Yara menghentikan ucapannya saat Nathan nampak tidak terfokus pada apa yang ia katakan "—Pak?"

Nathan tetap bergeming.

Yara menghela nafasnya "Lo kepikiran apa lagi sih, Nath??"

Nathan mendongak dan menatap sekertarisnya itu. Lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.

"Gue berantem sama Caca..." ucap Nathan pelan.

Yara memiringkan kepalanya "Terus? Lo fikirin nanti aja lah, Nath. Ini masih jam kerja kali"

"Enak ya ngomong, Ra? Lo ga tau kan kepala gue udah amburadul banget isinya?" Nathan mendesis dan memilih untuk menaruh kepalanya di atas meja.

Yara menatap atasan rasa temannya itu sedikit iba.

"Lo punya waktu 1 setengah jam sebelum rapat lagi."

"Iya tau..." Jawab Nathan tak bersemangat.

"Buruan ambil kunci mobil lo. Gue traktir" Ucap Yara sambil membalikan tubuhnya dan berjalan menjauh.

Nathan mendongak tapi hanya punggung Yara yang bisa ia lihat. Jadilah ia membuntuti perempuan yang 2 tahun lebih tua darinya itu.

Khusus untuk Yara, Nathan memang lebih suka berbicara informal jika sedang tidak membicarakan pekerjaan. Dan Yara juga tidak suka jika Nathan memanggilnya dengan embel-embel 'Kak' atau 'Mbak' karena menurutnya ia belum setua itu.

Dua orang itu berakhir makan di sebuah restoran cepat saji karena waktu mereka tidak banyak.

"Buruan cerita" ucap Yara sambil menyomot kentang goreng milik Nathan.

"Caca minta dinikahin" ucap Nathan dengan helaan nafas singkat.

"Just marry her then" jawab Yara sambil mengerdikkan bahunya "—Lo berdua udah lama bareng-bareng kan? Udah sama-sama cinta juga. Terus yang bikin lo takut tuh apa?"

"Pernikahan tuh cuma bullshit, Ra. Dari sudut pandang gue ga ada bagus-bagusnya" ucap Nathan dengan dahi berkerut yang seolah mengatakan bahwa ia sangat 'jijik' dengan pernikahan.

"Maybe you're right." Ucap Yara yang juga merasakan pahitnya perceraian di usia mudanya "—Tapi itu tergantung dari pola fikir lo aja sih, Nath. I mean... Ga semua pernikahan itu berakhir menyedihkan."

"Ya tapi ga semua pernikahan berakhir bahagia juga kan?"

Yara mendecak.

"Susah juga ya ngomong sama lo." Wanita itu merotasikan bola matanya.

Nathan melanjutkan acara makannya, sedangkan Yara malah memikirkan masalah Nathan.

"Kayaknya lo harus ditreatment deh" ucap Yara sambil menunjuk Nathan dengan kentang gorengnya.

Mellifluous | Spin-off Ethereal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang