Hal. 12 | Wabah Penyakit Bag. 3

137 14 1
                                    

"Lepaskan dia!" teriak Juna, Ujang, dan Hasta. Mendadak pakaian wanita tersebut ditarik dengan kedua tangan Juna. Kemudian Hasta juga ikut-ikutan menarik pakaiannya. Tak mau kalah, Ujang melompat naik ke pundak wanita itu sambil menarik rambutnya.

"Iya akan kulepas ... aku menyerah,"

"Karena kau ... sungai sekarang tercemar," geram Hasta. "Kenapa kalian menuduhku ...?" Seketika mereka bingung dan diam. "Ma– maafkan kami ...."

Karena terlalu lama, sontak pria yang membuka pintu tadi datang memeriksa. "Siapa bocah-bocah ini?" tanyanya. "Ti– tidak ada, tu– tuan."

Bayuaji, Juna, Ujang, dan Hasta benar-benar ketakutan. Wanita itu gelisah, ia mencoba meyakinkan pria itu agar percaya. "Wati, kalau kau berani padaku ... aku akan membunuh para bocah ini!"

Dari arah belakang, tiba-tiba ada seorang pria misterius menghampiri.  Tubuhnya pendek dan berjalan membungkuk. Wajahnya tertutup oleh kerudung dengan pakaian jubah coklat gelap.

"Kalian pergilah dari sini ... ini urusan orang dewasa!" perintahnya.

Ucapan pria itu dituruti saja oleh mereka. Namun Bayuaji malah berhenti, setelah sekian lama keraguan timbul kembali dalam diri Bayuaji. Saat bergegas pergi, Bayuaji memutuksan tetap menunggu dan bersembunyi di balik semak.

"Yeni Wati, soal pencemaran sungai ... apa karena kau?" tanya pria berkerudung dengan nada rendah. "Ternyata dia Bu Yeni!" lanjut Ujang dari belakang. Belum sempat menjawab, pria berkerudung dikejutkan oleh tebasan golok. Swoosh! Ayunan yang begitu kuat, posisi dan tekniknya juga terampil.

Secara mengejutkan, pria tersebut menggenggam golok tanpa rasa sakit sedikit pun. Ia tidak kebal, buktinya darah masih menetes ke tanah.

"Bay ... cepatlah!" teriak Juna. "Jika kita pergi ... nasib paman itu bagaimana?"

Sudah terlambat jika ingin pergi, teman-teman pria itu ikut menghampiri. Satu pria berbadan besar dan satu lagi wanita dengan wajah yang rusak.

Melihat situasi ini, pria berkerudung langsung melepaskan genggamannya. Kemudian ia membalas dengan tendangan keras. Tendangan tersebut tepat mengenai tangan yang sedang memegang golok. Seketika tangan menjadi kaku, golok pun terlepas dan jatuh ke tanah. Benar saja, tanpa jeda atau sepatah kata ia melanjutkan serangan lagi. Serangan itu menyergap celah kaki dan menyebabkan kaki terkunci hingga terjatuh.

Wanita dengan wajah rusak turut menyerang memakai kerambitnya. Alih-alih melukainya, pria itu menangkis kerambit lewat pukulan keras. Meski terbuat dari besi, tetapi tangannya lebih keras daripada besi.

"Kuminta kalian tinggalkan desa ini!" tegasnya.

Teman mereka yang berbadan besar justru tertawa. Terlihat kepercayaan diri yang besar dalam dirinya. Aura mereka, pria berkerudung dan pria berbadan besar sama-sama memiliki aura yang kuat.

Bersambung

Jangan lupa vote, comment, dan follow agar tidak ketinggalan halaman terbaru!

Donasi: https://trakteer.id/aprizaprasetio

Tanggal rilis: 7 November 2020

Author: Apriza Prasetio

JAWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang