Hal. 17 | Wabah Penyakit Bag. Akhir

103 13 4
                                    

Sunem tidak sadarkan diri. Hanya satu serangan saja, Sakar dapat mengalahkannya.

Sementara itu, masih di rumah bu Yeni. Pertarungan eyang Pur melawan Ahmed masih berlanjut. Mereka masih memiliki banyak stamina untuk terus bertarung.

"Crawling-glue!" teriak Ahmed.

Piiw, piiw! Ahmed melompat-lompat sambil merangkak mengelilingi eyang Pur. Ia melompat berpindah-pindah dari pohon, bangunan, dan tempat lainnya. Sehingga eyang Pur sulit melihat pergerakannya.

Kadal Emas, salah satu aliran yang unik. Jurus mereka banyak mengandalkan kelincahan dan kekuatan otot tulang tangan dan kaki. Sehingga orang yang melihatnya akan pusing seketika.

"Crawling-spring!"

Duaar! Untungnya, eyang Pur berhasil meloloskan diri dari serangan itu. Pukulan kuat dengan dorongan seperti pegas. Jika terkena pukulannya mungkin akan terluka parah.

"Kau ini merepotkan sekali, anak muda ...." ujar eyang Pur.

Ahmed tersenyum lebar dan tertawa terbahak-bahak. Pasalnya ia tidak pernah menemui musuh seperti eyang Pur. Musuh yang biasa dilawannya selalu ketakutan.

"Pak tua ...! Aku sangat menyukaimu. Membuatku ingin ... membunuhmu!"

Whuush! Jurus Crawling-spring digunakannya kembali. Ahmed terus-menerus memakai jurus yang sama kepada eyang Pur. Tak pernah sedikit pun ia beri kesempatan kepadanya.

"Tuan Ahmed ...! Maaf telah menunggu ...." ucap Nadam.

"Tidak usah ... aku juga hampir selesai ...!"

Tidak tahu lagi apa reaksi eyang Pur ketika mendengarkan percakapan mereka. Ia merupakan sosok yang baik hati, tetapi jika dirinya diremehkan maka ia tidak tinggal diam.

"Aku tidak menyangka akan memakai itu ...." ucapnya dalam hati.

"Aware!"

Open-eyes, termasuk tingkat kekuatan fisik pada tubuh manusia. Yang mana Open-eyes terdiri dari peringanan berat.

Pembangkitannya sering terjadi dengan banyak orang tetapi bukan dari sembarang orang. Sementara Aware ialah tingkat keduanya, dimana batas kekuatan fisik manusia mulai melewati batasnya.

"Jumping ...!"

Praak!

" Vortex!" teriaknya.

Dalam hitungan sekejap, leher Ahmed dan Nadam berhasil dipatahkan olehnya. Perbandingan kekuatan mereka terlihat jelas dari kecepatan jurus Jumping-vortex dalam mode Aware.

Akhirnya, pertarungan itu berakhir dengan eyang Pur keluar sebagai pemenangnya.

"He— hebat! Eyang Pur kau terlalu kuat." puji Bayuaji.

Bayuaji yang sedang terluka di bagian pundaknya bahagia atas kemenangannya. Kebahagiaan itu karena pendekar yang jahat tadi sudah dibasmi olehnya.

Walaupun Bayuaji sadar, tak akan membuat eyang Pur tidak merasa menyesal. Ia amat menyesali atas perbuatannya.

Seorang pendekar yang diyakininya ialah orang yang bisa menyelamatkan orang lain. Namun, ia malah terlambat melakukannya. Bayuaji, Juna, Hasta, dan Ujang mereka semua terluka.

"Bocah ..., kau masih bisa berjalan ...?"

"Tentu."

"Kita berbicara dengan warga desa Makmuran ..., Hasta dan Ujang biar aku yang membawanya."

Eyang Pur menggendong Hasta dan Ujang untuk membawanya masuk ke dalam desa. Lukanya begitu dalam, harus segera ditangani. Bayuaji bersamanya berjalan menuju balai desa.

Bersambung ....

Catatan Penulis: "Jangan cuma baca ya, tapi dukung juga dengan cara vote dan komentar. Biar tidak ketinggalan halaman terbarunya, pastikan kalian sudah follow!"

Dukung dengan donasi: https://trakteer.id/aprizaprasetio

Tanggal publikasi: 13 November 2020

Karya JAWARA adalah karya orisinil dari Apriza Prasetio yang terinspirasi dari budaya-budaya Indonesia, khususnya silat dan kepercayaan masyarakat.

JAWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang