Bu Yeni khawatir, ia mengkhawatirkan pak Suryono kenapa-kenapa. Pasalnya pak Suryono adalah teman yang dekat. Jika sesuatu terjadi, ia akan sangat marah.
Bu Yeni memutuskan untuk menyusul eyang Pur pergi ke arah barat.
"Mau pergi kemana, bu?" tanya Sakar.
"Aku akan mencari pelakunya!"
Bu Yeni berlari cepat. Sementara itu, Sakar masih belum paham keadaan sekarang. Ia tidak tahu apa yang bu Yeni maksud dengan mencari pelaku.
Bayuaji terus menolak untuk dirawat. Ia ingin terus menunggu teman-temannya. Ia merasa tidak enak jika dirawat sekarang.
"Ji ..., kau harus diobati! Lukamu sangat serius ...." ujar Juna.
Tentu saja Juna dan Sakar memaksanya. Jika tidak, lukanya bisa terinfeksi. Mau tidak mau, akhirnya Bayuaji menurut saja.
Bayuaji, Juna, Ujang, dan Hasta dirawat di balai desa. Hasta tidak punya luka serius, hanya saja sebelumnya ia terlalu syok. Juna hanya terluka baret-baret di tubuhnya karena sempat terpental.
Luka mereka tidak begitu parah dibandingkan Bayuaji dan Ujang. Mereka mengalami luka dalam di tubuh bagian belakang.
Eyang Pur sampai ke rumah pak Wayan. Suasana rumahnya nampak terlalu sepi.
Jedeer! Suara petir muncul dan hujan turun.
"Wayan ... wayan ... cepat keluar!"
Eyang Pur menunggu kedatangannya hingga kehujanan. Sangat aneh, cuaca sangat cerah tadi malah berubah drastis.
Sudah dipanggil terus menerus, tetapi tetap saja pak Wayan tidak menjawab.
Pintu utama rumahnya terkunci. Namun, pintu yang terbuka di bagian belakang rumahnya. Kemudian Eyang Pur pergi mencari tahunya.
Saat memasuki rumahnya, ia langsung melihat banyaknya pecahan beling dimana-mana. Ketika kakinya melangkah, ternyata lantainya juga becek.
Eyang Pur melihat sekeliling, yang mana pak Wayan adalah seorang dokter. Akan tetapi semua peralatan medis dan obat-obat buatannya telah hancur.
Keadaannya sama saja dengan ruangan lain. Ruangan demi ruangan eyang Pur periksa.
Whuush! "Jangan bergerak ...!" bisik pria misterius.
Tiba-tiba pria misterius menodongkan golok ke leher eyang Pur dari balik pintu. Golok yang dipegangnya diselimuti darah yang masih segar.
Eyang Pur mencoba untuk tenang.
Terdengar suara jendela yang terbuka sendiri. Penyebabnya sudah pasti dari tiupan angin kencang.
Pandangannya tertuju ke arah depan. Melihat sebuah jendela yang kecil. Malahan pandangannya menempel ke sesuatu yang berbentuk oval.
Jedeer! Cahaya kilat masuk melalui jendela kecil itu. Mengejutkan sekali, benda berbentuk oval itu adalah kepala pak Wayan. Dan di belakangnya terdapat tubuhnya tanpa kepala.
Sementara lantainya, lantai yang becek karena tumpahan obat-obatan menjadi warna merah darah di ruangan ini.
"Kau melihat mayatnya, kan!"
"Jadi kau yang namanya Suryono ...?" tanyanya.
" ...."
"Open-eyes!"
Bersambung ....
Catatan Penulis: "Jangan cuma baca ya, tapi dukung juga dengan cara vote dan komentar. Biar tidak ketinggalan halaman terbarunya, pastikan kalian sudah follow!"
Dukung dengan donasi: https://trakteer.id/aprizaprasetio
Tanggal publikasi: 17 November 2020
Karya JAWARA adalah karya orisinil dari Apriza Prasetio yang terinspirasi dari budaya-budaya Indonesia, khususnya silat dan kepercayaan masyarakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAWARA
FantasySeorang anak kecil bernama Bayuaji Gundawasih. Dia baru saja ditinggal oleh anggota keluarganya. Emosi membawanya nekat untuk membalas dendam. Berjuang mencari kekuatan di dunia era silat. Cerita pertama kali dipublikasikan pada tanggal 25 Oktober 2...