Hal. 10 | Wabah Penyakit Bag. 1

203 16 4
                                    

Bab 3 | Wabah Penyakit

Warga banyak menyebut wabah ini dengan sebutan Malepati, yang berarti malaikat kematian. Meski tidak menular, Malepati telah memakan banyak korban. Korban akan menderita radang tenggorokan, demam tinggi, dan gangguan pencernaan.

Warga sempat meminta bantuan dari pusat kerajaan tetapi tidak ditanggapi serius. Mengingat ekonomi kerajaan juga sedang dalam kondisi krisis. Untuk saat ini, warga hanya bisa menunggu kematian.

"Aku tidak tahan melihat ini ...." ujar Juna.

Secara bersamaan, desa juga sedang dalam pesta demokrasi kepala desa. Terdapat dua kandidat yang mencalonkan diri sebagai kepala desa. Kandidat pertama ialah Pak Suryono yang sekarang masih menjabat. Kemudian kandidat kedua ialah Bu Yeni, ia menjanjikan obat gratis jika terpilih.

"Kalau begitu pilih saja dia,"

"Aku sedikit curiga dengannya ... akhir-akhir ini Bu Yeni jarang terlihat!" balas Pak Slamet. "Liciknya ... memanfaatkan kesempatan demi kepentingan,"

"... ke— kenapa kalian tidak melawan?" cetus Hasta. Pak Slamet dan tenaga medis hanya bisa terdiam. Banyak yang berkata kalau Bu Yeni kerap berhubungan baik dengan pendekar. Mungkin alasan itu yang membuat warga takut melawannya.

"Kalian pulanglah! Terima kasih sudah membantu." Walaupun Pak Slamet melarang, tetap saja membuat mereka khawatir.

Juna tidak bisa tinggal diam, ia mencoba membujuk Eyang Pur untuk membantu. Sayangnya ditolak mentah-mentah. "Pokoknya  tidak ... waktu itu Eyang pernah diusir begitu tahu aku seorang pendekar,"

"Tolonglah Eyang ...! Ini semua ulah licik Bu Yeni." harap mereka berempat. Saat mendengar nama itu, Eyang Pur tampak mengenalinya.

Dengan pantang menyerah, mereka menyiapkan rencana kedua untuk mencari tahu sendiri. Rencana tersebut akan dijalankan besok setelah latihan, yang berarti sore hari.

Keesokan harinya di sore hari ...

Sesuai rencana, mereka pergi ke desa Makmuran.

"Sepertinya desa Makmuran sudah putus asa," ledeknya. "Aku setuju! Benar begitu, Wati ...?"

Di tengah perjalanan, mereka bertemu sekelompok orang yang tampak mencurigakan. Mereka terdiri dari 2 pria dan 2 wanita.

Juna sempat emosi dan hampir menarik perhatian mereka. Untungnya, Bayuaji dan Ujang menahan Juna untuk lebih berhati-hati, bisa gawat jika terbongkar.

"Obrolan mereka tadi ... kita perlu mengubah sedikit rencana ...!" bisik Ujang.

Bersambung

Jangan lupa vote, comment, dan follow agar tidak ketinggalan halaman terbaru!

Donasi: https://trakteer.id/aprizaprasetio

Tanggal rilis: 4 November 2020

Author: Apriza Prasetio

JAWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang